Tuesday, August 11, 2020

MENGENAL DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MAKKAH BAGIAN 1

 DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW. DI MAKKAH

 Sebelum melangkah membahas tentang dakwah Nabi Muhammad di Makkah, maka mari kita bahas dulu tentang riwayat hidup Nabi Muhhammad SAW dan serta perjuangan beliau sebelum menjadi Nabi. Berikut sejarah singkat Nabi Muhammad.


1.   Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah yang bertepatan dengan 20 April 571. Ayahnya bernama Abdullah Abdul Muttalib dan Ibunya bernama Amina binti Wahab. Nasab Bapak Dan Ibu beliau bertemu pada datuk beliau yang bernama Kilab. Jika di runut sampai atas nasab beliau berahir pada Nabi Ismai ibnu Ibrahim bapak orang Arab al-Musta’ribah.

Silsilah Nabi  Muhammad sangat jelas dari keturunan pemuka dan pemimpin suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah bin Abd al-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin kilab Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Sedang ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab.


Beliau  berasal  dari  suku  Asli  Quraisy yang  mana Suku Quraisy adalah suku yang mempunyai kedudukan utama dalam kemuliaan dan kedudukan yang tinggi diantara Bangsa Arab. Menurut Syekh Khudari tidaklah engkau dapati dalam silsilah bapak-bapaknya Nabi, melainkan orang-orang mulia, tidak ada orang rendah dikalangan mereka, tetapi mereka semuanya adalah pemuka dan pemimpin. Bahkan Ayah beliau Abdullah adalah putra bungsu Abdul Mutthalib dan di juluki Adz- dzabih karena menurut riwayat Abdul Mutthalib bernadzar apabila ia dikarunia sepuluh anak lelaki, maka dia akan menyembelih  salah  satu  dari mereka, ketika diundi, ternyata undianya jatuh pada Abdullah. Ketika hendak  disembelihnya,  Quraisy  melarangnya  dan  ia menebusnya dengan seratus ekor unta.

Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal tiga bulan setelah menikahi Aminah. Saat itu usia Abdullah kurang lebih 25 tahun. Nabi Muhammad dilahirkan di rumah Abi Thalib di Syi’ib bani Hasyim. Perempuan yang bertindak sebagai bidanya adalah Asy-Syaffa’ Ummu Abdurrahman bin Auf. Ketika Muhammad Lahir Ibunya mengirim utusan kepada kakeknya untuk memberi kabar. Maka Abdul Mutthalib datang dengan gembira dan menamainya dengan nama Muhammad.

Dalam awal perkembangannya Muhammad disusui dan dibesarkan oleh ibu kandungnya sendiri; Aminah binti Wahab. Setelah itu Muhammad disususi oleh Tsuaibah Aslamiah yang merupakan budak pamannya Abu Lahab. Setelah itu Muhammad kecil sususi oleh Halimah binti Abi Dzuaib As sa’diyah, istri al-Harits bin Abd al’Uzza. pada usia kurang dari enam tahun terjadilah pristiwa pembelahan dada Muhammad untuk mengeluarkan bagian syaitan darinya oleh malaikat Jibril dan kejadian itu disampaikan pada  ibunya. Setelah  kejadian itu  tahun  Muhammad  diasuh ibunya  sendiri  pada  usia kurang dari enam tahun. Ketika Muhammad berusia enam tahun, ibunya tercinta, Aminah binti  Wahab  meninggal,  dimakamkan  di  Abwa.  Ketika  ia  dalam  perjalanan  pulang bersama Muhammad dan ditemani oleh Ummu Aiman menuju Makkah setelah mengunjungi paman-pamnya dari Bani Adiy bin Najjar di Madinah.

Sepeninggal ibunya, menurut Syihab, Muhammad kecil diantarkan oleh Ummu Aiman kepada  Kakenya,  Abd  al  Mutthalib.  Sejak  itu  Muhammad  dibawah  pengawasan  dan asuhan abdul Mutthalib. Abd al Mutthalib sangat menyayangi Muhammad melebihi anak- anaknya sendiri. Namun 2 tahun setelah itu Abdul Muthalib wafat karena sudah usia lanjut. Saat itu usia Muhammad 8 tahun. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Meski Abu Thalib bukanlah orang kaya tetapi ia cukup perhatian dalam merawat dan mendidik Muhammad Saw hingga dewasa meski Abu Thalib memiliki banyak anak. Seperti juga Abdul Mutthalib, Abu Thalib adalah tokoh yang disegani dan dihormati orang Quraiys. Muhammad berada dalam asuhan dan lindungan Abu Thalib hingga tahun ke-10 kenabian, setelah itu pamannya meninggal.

Dalam usia muda muda Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan  kambing penduduk  Makkah.  Melalui  kegiatan  pengembalaan  ini  dia  menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu  duniawi,  sehingga  terhindar  dari  berbagai  macam  noda  yang  dapat  merusak namnaya, karena itu sejak muda dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.

Menurut al-Khudhari mengatakan bahwa ketika Muhammad berusia 12 tahun beliau dibersama   pamannya, Abu Thalib melakukan perjalanan ke Syam untuk berdagang bersama rombongan kafilah, para saudagar dari Makkah. Setibanya di Bashrah di awasi oleh seorang pendeta yang dikenal dengan Buhaira, meski nama sebenarnya adalah Jirjis (george). Setelah rombongan Abu Thalib berhenti dan beristirahat, Buhaira menemui mereka layaknya menyambut tamu.  Setelah itu, ia menjelaskan kepada Abu Thalib bahwa anak ini kan menjadi utusan Allah. Buhaira mengenalinya dari sifat-sifat kenabian pada

diri Muhammad yang ia lihatnya dalam kitab-kitab suci mereka. Setelah itu, Buhaira menyarankan  kepada  Abu  Thalib  agar  membawa  pulang  kembali  anak  tersebut  ke Makkah, sebelum sampai Syam. Karena Buhaira hawatir dirinya akan dijahati oleh orang- orang Yahudi. Kemudian beliau dibawa pulang kembali ke Makkah bersama para pembantunya. Perkataan ini sering diucapkan Ahli kitab; Yahudi dan Nasrani sebelum

Rasul diutus, Firman Allah dalam surat al Baqarah:89

 

وَلَمَّا جَآءَهُمۡ كِتَٰبٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا مَعَهُمۡ وَكَانُواْ مِن قَبۡلُ يَسۡتَفۡتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُواْ كَفَرُواْ بِهِۦۚ فَلَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ

89.  Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.

Ketika  Muhammad  berusia 20 tahun terjadilah perang  Fijar,  yaitu   perang antara Kinanah   yang   bersekutu   dengan   Quraisy   melawan   Qais,   namun   peperangan   ini dimenangkan oleh suku Qais. Peperangan Fijar ini terjadi beberapa kali.

Ketika  usia  Muhammad  mencapai  25  tahun,  Muhammad  berangkat  ke  Syam membawa barang dagangan saudagar wanita yang kaya raya yaitu Khadijah binti Khuwailid. Dalam catatan sejarah Khadijah adalah saudagar janda yang kaya raya, ia memperkerjakan kaum lelaki untuk menjalankan usaha daganganya dengan sistem bagi hasil. Ketika Khadijah mendengar tentang kejujuran Muhammad dan perkataanya yang benar sehingga kaumnya menjulukinya dengan sebutan al-Amin (orang yang terpercaya), maka ia tertarik untuk memperkerjakan Muhammad untuk menjalankan perdaganganya ke Syam.

Dalam perjalanan perdagangan, Muhammad ditemani oleh salah satu pembantu Khadijah yang bernama Maisyarah. Tawaran tersebut diiyakan oleh Muhammad dengan sistem bagi hasil. Untuk itu, ia berangkat ke Syam untuk menjual barang daganganya Khadijah. Dalam catatan sejarah di ketahui bahwa Muhammad Saw. Berhasil menjual barang dagangan Khadijah hingga memperoleh keuntungan yang besar. Hal itu karena banyak pedagang menilai, cara Muhammad berdagang dilakukan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. Setelah mendengar langsung cerita kelebihan yang ada pada diri Muhammad, mulai dari sifat, sikap, tutur kata hingga kesaksianya banyak pihak, mengenai kejujuran dan keutamaan Muhammad, maka kemudian Khadijah melamar Muhammad. Saat Itu usia Muhammad Saw 25 tahun sedangkan Khadijah berumur 40 tahun.

Sebelum   menikah   dengan   Muhammad   Khadijah   adalah   seorang   janda   yang mempunyai  anak  dua  yang  meninggal  sebelum  dewasa.  Dari  perkawinanya  dengan

khadijah Nabi Muhammad di karuniai beberapa anak yaitu ; Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqaiyah, Ummu Kulsum dan Fatimah. Muhammad hidup bersama Khadijah selama 25 tahun dan tidak pernah menikah dengan perempuan lain selama Khadijah masih hidup.

Ada sebuah kejadian penting yang perlu di contoh sebagai tindakan bijak dari seorang Muhammad Saw. Pada usia 35 tahun datanglah banjir bandang di Makkah sehingga merusak dinding Kakbah, maka orang-orang Quraisy bermaksud merenovasi Kakbah denganmerobohkan kakbah dulu untuk meninggikanya dan membangun atap. Maka berkumpullah suku-suku Quraisy untuk merencanakan pembangunan itu. Akan tetapi mereka takut merobohkanya karena kedudukan Kakbah di hati mereka. Maka al-Walid ibnu Mughirah berkata: apakah dengan merobohkanya kalian ingin memperbaiki atau merusaknya?, maka mereka menjawab: kami ingin memperbaikinya. Al-Walid berkata : sesungguhnya Allah tidak membinasakan orang-orang yang memperbaikinya. Maka Walid mulai merobohkanya dan mereka mengikutinya.

Kemudian orang-orang Quraisy membongkar dan merobohkan Kakbah hingga mencapai maqom Ibrahim. Maka mereka keluarkan Hijr darinya dan memulai membangun dinding Kakbah. Adapun yang memimpin pembangunan ini adalah seorang tukang kayu yang  bernama  Baqum.  Para  pemuka  Quraisy membawa  batu-batu  di  atas leher-leher mereka, diantara mereka adalah al-Abbas dan Rasulullah. Untuk setiap rukun dikhususkan

sekelompok  pembesar  yang  mengangkut  batu  batu  kesitu,  kemudian  membangunnya kembali.

Ketika pembangunan sudah sampai pada peletakan kembali batu hajar al-Aswad, maka mereka  bermaksud  meletakkan  Hajar  al-Aswad  pada  tempatnya  semula,  maka  para pemuka mereka berselisih tentang siapa yang berhak meletakkanya. Mereka berebut melakukan ini hingga nyaris berkobar api peperangan diantara mereka. Perselisihan ini terjadi  selama  empat  hari  empat  malam.     Perselisihan  itu  terus  memuncak  dan dihawatirkan akan memicu terjadinya peperangan antar suku, maka Abu Umayyah Al- Mughirah Al Makzumi paman Khalid ibnu Walid yang merupakan orang tua kalangan orang Quraisy berkata : Hai kaumku, janganlah kalian bertengkar dan putuskan siapa yang kalianridhai keputusanya. Lalu mereka menjawab: kami serahkan urusan ini kepada orang pertama yang masuk Kakbah memalui pintu masjid. Pendapat ini disetujui oleh mayoritas kabilah. Mereka puas Setelah mengetahui ternyata yang masuk ke Kakbah lewat pintu Masjid adalah Muhammad.   Maka mereka berkata kami setuju dengan Muhammad Al- Amin.

Untuk menyelesaikan perselesihan tersebut, Muhammad Saw menggelar sorban, belaiu mengambil Hajar al-Aswad  dengan  kedua tanganya  di tengah-tengah  sorban tersebut. Kemudian Muhammad meminta untuk seluruh kepala kabilah (suku) yang berselisih untuk mengangkat dan membawanya ke tempat peletakanya Hajar al-Aswad. Setelah sampai pada tempat semula, lalu beliau   sendiri yang mengambil dan meletakkannya pada tempatnya semula.

Keberhasilan Muhammad dalam menyelesaikan masalah konflik tersebut membuat orang-orang Quraisy akan kebijakannya dalam meredam konflik yang hampir menimbulkan pertumpahan darah. Ini menunjukkan betapa Muhammad mempunyai jiwa yang bijak dalam memimpin dan mengatasi masalah sosial.

APAKAH MASYARAKAT MADINAH RESPON DENGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW ?

RESPON PADA DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW. DI MADINAH Untuk memperluas wawasan tentang Respon masyarakat Madinah terhadap dakwah Nabi Muhammad ...