C.
SETRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD DI MAKKAH
1.
Dakwah Rahasia (Sirriyah)
Setelah mendapatkan perintah dari Allah
melalui melaui wahyu, maka Nabi Muhammad mulai mengatur langkah startegi
pengembangan dakwah Islam dikalangan masyarakat Quraisy Makkah, langkah awal
yang beliau ambil adalah melakukan dakwah secara sirriyah (rahasia atau
sembunyi sembunyi) di lingkungan keluarga dan sahabat sahabat beliau yang bisa
dipercaya. Langkah sembunyi sembunyi ini di pilih karena mengantisipasi reaksi
orang-orang Quraisy yang kaget dan belum bisa menerima ajaran yang berbeda
dengan keyakinan mereka, dan
pertimbangan pengikut Nabi yang masih sedikit. Sedangkan ancaman dan siksaan
masyarakat kafir Quraisy masih kuat dan status kota Makkah sebagai pusat agama
bangsa Arab
Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah sirri
dengan pendekatan personal. Hal ini disebabkan
pendekatan personal memiliki
keterkaitan batin serta
interaksi emosional antara pengajak
dan yang diajak.
pendekatan personal ini
Nabi SAW telah menggabungkan antara
ikhtiar dan tawakal.
Artinya nabi dalam
berdakwah memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.
Nabi Muhammad melaksanakan dakwah
sirriyah selama 3 tahun. Pertama-tama,
Nabi menawarkan Islam kepada orang-orang terdekat, keluarga besar serta
shahabat- shahabat karib beliau. Mereka diajak
untuk memeluk Islam. Dalam
sejarah Islam dikenal sebagai as-Saabiquun al-Awwalluun (orang-orang yang
paling dahulu dan pertama masuk Islam). Mereka adalah
1.
Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin Isteri Nabi Saw.
2.
Zaid bin Haritsah bin Syarahil,
3.
Ali bin Abi Thalib Sepupu beliau;
4.
Abu Bakar ash-Shiddiq, Shahabat paling dekat beliau,.
Setelah memeluk Islam, Abu Bakar
bersemangat dalam berdakwah mengajak orang- orang masuk Islam. Karakter Abu
Bakar terkenal sebagai sosok laki-laki yang lembut, disenangi, dan berbudi
baik. Para tokoh kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan
kepribadiannya karena kecerdasan, kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya
yang luwes. Melalui Dakwah beliau, beberapa shahabat masuk Islam yaitu:
1. ‘Utsman bin ‘Affana al-Umawi,
2. Az-Zubair bin al-’Awam al-Asadi,
3. ‘Abdurrahman bin ‘Auf,
4. Sa’d bin Abi Waqqash az-Zuhriyan dan
5. Thalhah bin ‘Ubaidillah at-Timi.
Kemudian diikuti oleh Bilal bin Rabah
al-Habasyi, Abu ‘Ubaidah; ‘Amir bin al- Jarrah yang berasal dari suku Bani
al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin ‘Abdul Asad, al-arqam bin abil arqam
(keduanya berasal dari suku makhzum), ‘Utsman bin Mazh’un dan kedua saudaranya:
Qudamah dan ‘Abdullah, ‘Ubaidah bin Al Harits bin Muththalib bin ‘Abdu Manaf,
Sa’id bin Zaid al-’Adawy dan isterinya;Fathimah binti al- Khaththab
al-’Adawiyyah – saudara perempuan dari ‘Umar bin al-Khaththab -, Khabbab bin
al-Arts, ‘Abdullah bin Mas’ud
al-Hazaly serta banyak lagi
selain mereka. Mereka itulah yang dinamakan as-Saabiquunal
Awwaluun.
Mereka semua masuk Islam secara
sembunyi-sembunyi. Mereka menyembunyikan keimanannya untuk menghindari ancaman
dan siksaan Kafir Quraisy. Selain diuji oleh faktor eksternal,
keimanan mereka diuji oleh faktor internal, yaitu ajaran-ajaran
yang diterima Nabi bertentangan dengan kondisi yang ada dan diluar
kemampuan otak manusia.
Seperti peristiwa isra miraj. Peristiwa
perjalan nabi dari Masjidil haram ke Baitul Maqdis, dan
diteruskan ke sidratul
muntaha dalam satu
hari. Peristiwa yang
tidak mungkin dilakukan pada waktu itu. Dimana kondisi fasilitas
transportasi masih menggunakan unta atau kuda, belum tersedia alat transportasi
modern seperti peSawat terbang.Abu bakar merupakan sahabat pertama yang
mempercayai peristiwa tersebut, sehingga
Abu bukar mendapat gelar Ash Shiddiq. Beliau mempercayai apapun
diucapkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Pada peristiwa isra’ dan
mi’raj, Nabi Muhammad Saw mendapat perintah menegakan shalat 5 waktu.
Menurut Ibnu Hajar bahwa perintah shalat termasuk wahyu pertama yang. Ibnu Hajar berkata:
“sebelum terjadinya Isra’, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam secara qath’i pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para shahabat akan tetapi yang diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari”.
Walaupun dakwah dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan bersifat personal, namun beritanya sudah kedengaran oleh
kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum mempermasalahkannya karena nabi Muhammad
belum menentang agama dan tuhan mereka. Sehingga nabi Muhammad dapat membangun
jamaah mukminin berlandaskan ukhuwwah (persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas). Kemudian turunlah wahyu yang memerintahkan
Nabi Muhammad untuk menyampaikan dakwah
secara terang-terangan dan menentang kebatilan kaum Quraisy dan menyerang
berhala-berhala mereka.
2.
Dakwah Terang-terangan (Jahr )
Ketika
perintah dakwah terang-terangan turun,
Nabi Muhammad mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang
Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Nabi menyeru kepada kaumnya menyembah
dan berserah diri
kepada Allah. Namun
semua kerabatnya menentang
Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang tidak menantang. Dia tidak masuk Islam
tetapi dia mendukung dakwah Nabi Muhammad dan melindunginya dari gangguan kaum
kafir Quraisy.
Setelah Nabi merasa yakin terhadap
dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam
menyampaikan wahyu Allah,
beliau berdiri diatas
Shafa, lalu berseru :
“ Wahai semua orang!” maka semua orang
berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan
iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.”
Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat
bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau
mengumpulkan kami.”Lalu turun surat Al Lahab. Sejak itulah, dakwah Nabi
terdengar seluruh Makkah, kemudian turun ayat surat Al Hijr 94 yang
memerintahkan berdakwah secara terang-terangan.
فَٱصۡدَعۡ
بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.
Kaum Quraisy merasa terganggu dengan
dakwah Nabi, karena kepercayaan mereka mulai dipermasalahkan dan
berhala-berhala mereka ditentangnya. Mereka mengakui sosok Nabi Muhammad
sebagai orang yang jujur. Mereka berusaha menghentikan dakwahnya dengan cara
mendekati pamannya, Abu Thalib. Mereka mengharapkan Abu Thalib bisa merayu Nabi
Muhammad Saw untuk menghentikan dakwanya. Tapi Abu thalib menolak permintaan
mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Nabi bisa
melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya.
Semenjak penolakan itu, kafir Quraisy berusaha menghentikan nabi dengan
berbagai cara, antara lain menjelek-jelekkan ajaran Islam, membangkitkan
keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran
beliau dan diri beliau, melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan
menyibukkan manusia dengan
dongeng-dongeng itu, agar
mereka meninggalkan
Al-Qur’an, dan penyiksaan terhadap para pengikut Nabi.
Kafir Quraisy berusaha menawarkan untuk
mempertemukan Islam dan jahiliyah. Mereka akan mengikuti ajaran Nabi tanpa
meninggalkan ajaran mereka, di lain pihak Nabi Muhammad Saw dan pengikutinya
mengikuti tata cara ibadah mereka tanpa meninggalkan ajaran Islam.
Nabi Muhammad dengan
tegas menolak penawaran
mereka. Peristiwa
tersebut diabadikan dalam surat
al-Kafirun.
قُلۡ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ
مَآ أَعۡبُدُ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ
مَآ أَعۡبُدُ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ
1.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Nabi Muhammad mempertegas larangan
adanya pencampuran ajaran Islam dengan ajaran Lain. Penolakan akan tawaran
lunak oleh Nabi Muhammad Saw, membuat kafir Quraisy semakin marah. Mereka
melakukan pemboikotan (embargo) terhadap para pengikut Nabi
Muhammad dan kaumnya
Mereka menulis selembar kesepakatan pemutusan hubungan total dengan
Bani Hasyim dan Bani Abdil-Muththalib. Pengumunan tersebut digantung di salah
satu sudut Ka’bah. Adapun isi pengumuman adalah:
1. Barang siapa yang setuju dengan
agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah seorang pengikutnya yang masuk
Islam, atau memberi tempat singgah pada salah seorang dari
mereka, maka ia
dianggap sebagai kelompoknya
dan diputuskan hubungan
dengannya.
2. Tidak boleh menikah
dengannya atau menikahkan dari mereka.
3. Tidak boleh berjual beli
dengan mereka.
Nabi Muhammad Saw bersama Bani Hasyim
dan Bani MuThalib hidup terisolir dan
tinggal di lembah
Bani Hasyim. Kaum
Quraisy semakin memperketat isolasinya kepada Nabi dan para shahabatnya
sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan mereka sampai pada
kondisi hanya makan dedaunan. Umat Islam tetap sabar dan tegar dari tekanan
yang mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan
Allah.
Di tengah penderitaan inilah Allah Swt.
memberikan pertolongan dengan berbagai cara. Seperti Hisyam bin Amr, seorang
kafir membawa untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani
Muththalib. Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya. Ada juga
orang-orang kafir bergabung di lembah Bani Hasyim dengan motivasi kesukuan dan kekerabatan. Embargo atau
pemboikotan berlangsung selama tiga tahun.
Pada tahun ketiga, Hisyam bin Amr mengajak
Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah,untuk membatalkan pemboikotan tersebut.
Mereka berdua mengajak 3 orang lagi yaitu, Muth’im bin Adiy, Abul Buhturiy bin
Hisyam, dan Zam’ah bin Al -Aswad bin Al-Muththalib. Berlima bertemu malam hari
di sebuah bukit di Makkah dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman
pembokiotan.
Dan ketika datang pagi hari mereka pergi
ke tempat pertemuannya. Mereka menyatakan penolakan terhadap pemboikotan atau
embargo yang dilakukan orang-orang Quraisy. Mereka ingin merobek pengumuman
yang tergantung di sudut Kabah. Abu Jahal berusaha menghalangi mereka berlima.
Dan Abu Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan
pertarungan yang terjadi di antara mereka.
Kemudian Muth’im bin Adiy berdiri ke
tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk merobeknya, dan ternyata pengumuman
itu sudah dimakan tanah kecuali kalimat ‘Bismikallahumma’ yang menjadikan
kebiasaan orang Arab menulis surat.
Setelah itu berakhir pemboikotan terhadap Nabi Muhammad Saw dan
pengikutnya.
Kafir Quraisy tetap menekan dan menyiksa
para pengikut Nabi Muhammad Saw. Hingga nabi Memerintahkan pengikutnya untuk
hijrah dan keluar dari Makkah.
3.
Hijrah ke Habsy
Penindasan dan
penyiksaan Kafir Quraisy
semakin keras, membuat
Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya
berpikir untuk menyelamatkan
diri. Dalam kondisi tersebut turunlah surah Az-Zumar 39
ayat 10, yang berisi perintah hijrah. Allah SWT berfirman:
قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا
حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم
بِغَيۡرِ حِسَابٖ
Artinya: Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas.
Nabi Muhammad Saw. memerintahkan kaum muslimin agar hijrah ke
Habasyah, karena raja Habasyah, Ashhimmah An-Najasyi, adalah seorang raja yang
adil. Maka bulan Rajab tahun kelima kenabian, hijrahlah kelompok pertama
terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang perempuan. Pemimpinnya
Utsman bin Affan, yang hijrah bersama istrinya, Sayyidah Ruqayyah, putri
Rasulullah Saw. Dan Hijrah ke Habasyah terjadi dua kali. Ruqayyah kembali
bersama suaminya, Utsman bin Affan bergabung dengan kelompok hijrah kedua.
Kafir Quraisy khawatir akibat dari
hijrah Habasyah. Mereka takut Islam menyebar ke luar Makkah dan nantinya mereka
akan mendapat bantuan dan pertolongan dari luar Makkah. Akhirnya kafir Quraisy
mengirim dua orang utusan yang cerdas yaitu Abdullah bin Abi Rabi‘ah dan Amr
bin Al-Ash bin Wail As-Sahmi. Mereka pun mengumpulkan hadiah-hadiah yang akan
dibawa keduanya untuk An-Najasyi.Mereka ingin merusak hubungan baik antara
An-Najasyi dan orang-orang yang hijrah.
Dua orang utusan kaum Quraisy itu pergi
ke Habasyah. Mereka menyerahkan ha- diahnya kepada raja habasyah. Mereka
meminta rajaagar mengembalikan kepada mereka orang-orang yang meninggalkan
agama mereka. Raja Habasyah menolaknyadan sikapnya bahwa semua yang ada di
tempatnya akan berada dalam perlindungannya dengan aman. Kedua utusan kembali
ke Makkah dengan tangan hampa dan memberitahu sikap raja Habasyah.
4.
Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh kenabian, Nabi
Muhammad kehilangan dua orang yang dicintainya,
yaitu Siti Khadijah,
istrinya yang selalu
bersamanya dalam menyebarkan Islam, dan Abu Thalib, pamannya
yang selalu melindungi dan membelanya dari ancaman kafir Quraisy. Tahun tersebut
dinamai tahun kesedihan ( نزحلاَماع ).
Setelah meninggal keduanya, orang-orang
kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad Saw.
Melihat kondisi seperti itu, Nabi bersama Zaid berencana pergi ke Thaif, Wilayah yang berjarak sekitar 80 kilometer
dari tanah Suci Makkah.
Ada beberapa alasan Nabi Muhammad
memilih Thaif, antara lain
a. Thaif merupakan kota kedua
setelah Makkah.
b. Di Thaif ada Bani Tsaqif,
salah satu suku Arab yang paling kuat. jika Mereka memeluk Islam, maka akan
menjadi kekuatan besar yang mendukung dakwah nabi.
c. Jarak Thaif
tidak jauh dari
Makkah sehingga orang
Islam dapat membantu menyebarkan Islam di Thaif dan
Makkah.
Nabi Muhammad Saw. pergi ke Thaif untuk
meminta bantuan serta perlindungan dari keluarganya yang berada di kota itu,
yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Mas’ud yang bergelar Abu Kuhal serta
Habib. Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thaif yang berasal dari keturunan Tsaqif.
Nabi Muhammad Saw. berharap dakwahnya
diterima oleh masyarakat Thaif. Akan tetapi harapan itu tidak menjadi
kenyataan, karena mereka tidak mau memberikan perlindungan dan bantuan apapun
kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka menolak membantu Nabi Muahammad karena mereka
menghindari perselisihan dengan masyarakat Makkah. Selain itu mereka telah
terhasut oleh pengaruh Abu Jahal dan para pembesar kafir Quraisy yang
memberitakan bahwa apa yang diajarkan Muhammad adalah kebohongan-kebohongan
besar dan akan menyesatkan bangsa Arab.
Mereka mengusir nabi Muhammad dengan dilempari batu oleh pemuda Thaif. Nabi Muhammad mengalami luka parah akibat lemparan batu. Dengan pakaian yang berlumuran darah dan penuh luka, Nabi Muhammad meninggalkan Thaif, menghindari kejaran penduduk Thaif. beliau beristirahat di sisi kebun anggur milik dua bersaudara Uthbah dan Syaibah, anak Rabiah. Nabi Muhammad menengadahkan muka ke langit mengadukan nasib yang dideritanya kepada Allah dan berkata:
“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Jika
Engkau tidak murka
kepadaku, maka semua
itu tak kuhiraukan,
karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku
berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan
mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau
turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan
kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”
Lalu Rasulullah mengutus seorang lelaki
dari Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah
ingin masuk ke Makkah dengan perlindungan darinya. Keinginan Rasulullah
ini diterima oleh Muth’am sehingga
akhirnya Rasulullah kembali memasuki kota mekah
5. PerjanjiUan Aqabah
Pada tahun ke-12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M,
Nabi Muhammad Saw. menemui rombongan haji dari
Yasrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang. Nabi
Muhammad Saw. menyampaikan dakwahnya. Dakwah Nabi mendapat sambutan yang
baik sehingga mereka menyatakan
keislamannya di hadapan Nabi Muhammad
Saw. Mereka melakukan
baiat kepada Nabi
di salah satu
bukit di kota Makkah,
yaitu bukit Aqabah.
Maka baiat ini
disebut dengan Baiat
‘aqabah pertama, Adapun isi baiat
adalah sebagai berikut:
1. Mereka
menyatakan setia kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Mereka
menyatakan rela berkurban harta dan jiwa.
3. Mereka
bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya.
4. Mereka
menyatakan tidak akan menyekutukan Allah Swt.
5. Mereka
menyatakan tidak akan membunuh.
6. Mereka
menyatakan tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan.
Strategi
pengembangan Islam di Yastrib, Nabi Muhammad mengirim Mus’ab bin umair
bergabung dengan rombongan yang pulang ke Yasrib. Tugas Mus’ab adalah untuk membantu
penduduk yasrib yang telah menyatakan keislamannya dalam menyebarkan ajaran
Islam di kota tersebut. Dia membacakan Al-Qur’an menjelaskan tentang Islam
kepada mereka. Selanjutnya Mus’ab menjadi guru mengaji di Madinah dan imam
dalam shalat, karena golongan Aus dan Khazraj membenci kalau salah satu dari
mereka rnenjadi imam.
Pada tahun ke-13 kenabian
bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yasrib datang kembali ke kota Makkah
untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah tersebut berjumlah sekitar 73 orang.
Setibanya di kota Makkah mereka menemui Nabi Muhammad Saw. dan atas nama penduduk
Yasrib mereka menyampaikan pesan untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.
Pesan itu adalah berupa permintaan masyarakat Yasrib agar Nabi Muhammad Saw.
bersedia datang ke kota mereka, memberikan penerangan tentang ajaran Islam dan
sebagainya. Permohonan itu dikabulkan
Nabi Muhammad Saw. dan beliau menyatakan
kesediaannya untuk datang dan berdakwah di sana. Untuk memperkuat kesepakatan
itu, mereka mengadakan perjanjian kembali di Bukit Aqabah. Karenanya, perjanjian
ini di dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Perjanjian Aqabah II.
Adapun Isi Perjanjian
Aqabah kedua ini adalah:
1. Penduduk Yasrib siap dan
bersedia melindungi Nabi Muhammad Saw.
2.
Penduduk
Yasrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa.
3.
Penduduk
Yasrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak saudara
mereka.
4. Penduduk Yasrib siap
menerima segala resiko dan tantangan.
Setelah pelaksanaan Baiat, Nabi Muhammad Saw. meminta 12
pemimpin sebagai naqib kepada kaum
mereka, dalam rangka
merealisasikan baiat. Komposisi 12 itu
terdiri9 orang dari Kabilah Khazraj, dan 3dari kabilah Aus, mereka itu adalah:
Naqib-nabib kepada al-Khazraj
1. As’ad bin Zurarah bin Ads
2. Sa’d bin al-Rabi’ bin Amru
3. Abdullah bin Rawahah bin Tha’labah.
4. Rafi bin Malik bin al-Ajlan
5. Al-Bara’ bin Marur bin Sakhr
6. Abdullah bin Amru bin Hiram
7. Ubadah bin al-Samit bin Qais
8. Sa’d bin Ubbadah bin Dulaim
9. Al-Munzir bin Amru bin Khanis
Naqib-naqib kepada al-Aws
1. Usaid bin Hudhair bin Simak
2. Sa’d bin Khaithamah bin al-Harith
3. Rifa’ah bin Abd al-Munzir bin Zubair
Dengan itu Rasulullah menegaskan kepada mereka dengan
sabdanya: “Kamu semua adalah penjamin sebagaimana golongan al-Hawariyun adalah
penjamin kepada Isa bin Mariam dan aku adalah penjamin kepada umat ku” Jawab mereka
sebulat suara dengan lafaz; “Ya”.
Dengan keputusan ini terbukalah di hadapan Nabi Muhammad
Saw. harapan baru untuk memperoleh kemenangan karena telah mendapat jaminan
bantuan dan perlindungan dari masyarakat Yasrib. Sebab itu pula, kemudian Nabi
Muhammad Saw. memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yasrib,
karena di kota Makkah mereka tidak dapat hidup tenang dan bebas dari gangguan,
ancaman dan penyiksaan dari orang-orang kafir Quraisy.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Nabi Muhammad Saw. Memilih Yasrib sebagai tempat hijrah umat Islam. Faktor-faktornya antara lain
- Yasrib adalah tempat yang paling dekat.
- Sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek nabi, Abdul MuThalib beristerikan orang Yasrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di sana.
- Penduduk Yasrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik
- Bagi diri Nabi sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah Swt.
Dengan demikian, langkah-langkah strategis yang sangat menguntungkan bagi dakwah Islam telah dicanangkan. Beliau telah memiliki kesiapan yang sangat matang, selain karena telah mendapat dukungan dari penduduk Yasrib, juga karena secara fisik dan mental beliau telah siap meninggalkan kota kelahirannya untuk meneruskan perjuangan dalam menegakkan kalimah tauhid.