DAULAH ABBASIYAH MEMBANGUN PERADABAN ISLAM
Kompetensi Dasar
- Menghayati semangat perjuangan Islam dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah.
- Menghayati nilai-nilai Islam dari perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
- Menjalankan sikap gigih dan sabar dalam mewujudkan cita-cita.
- Menjalankan sikap produktif dan inovatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
- Menganalisis sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
- Menganalisis perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiya
- Menyusun peristiwa-peristiwa penting dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah
- Menyajikan hasil analisis tentang perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah
A. Sejarah Berdirinya
Daulah Abbasiyah
Sejarah terbentuknya Daulah Abbasiyah tidak dapat terlepas dari perjalanan sejarah Daulah
Umayyah.
Pada awal terbentuknya,
Daulah Umayyah mengalami masa kejayaan.
Beragam prestasi mampu dicapai pemerintah
Daulah
Umayyah, keadaan ini berlangsung
hingga masa pemerintahan khalifah al Walid bin
Abdul Malik. Setelah itu,
kemunduran
Daulah Umayyah makin tampak. Sepeninggal khalifah
Hisyam bin Abdul Malik,
kemunduran itu semakin tampak. Kekacauan terjadi dimana-mana,
pertikaian internal keluarga tak terhindarkan.
a.
Faktor Pendukung
Terbentuknya Daulah Abbasiyah
Tentunya kalian masih ingat tentang Daulah Umayyah
yang berkuasa selama 90 tahun (660 – 750 M). Sejarawan mencatat
cukup banyak kemajuan yang dicapai Daulah Umayyah, mulai wilayah
kekuasaan yang membentang dari India hingga Afrika Utara, sistem administrasi
pemerintahan yang tertata dengan rapih, penyebaran Islam hingga ke dataran
Eropa, hingga kemajuan ilmu pengetahuan. Terbentuknya Daulah
Abbasiyah disebabkan beberapa
faktor pendukung. Antara lain :
1.
Perpecahan internal
keluarga Daulah Umayyah dan
kekisruhan politik dalam negeri.
2.
Munculnya gerakan
perlawanan terhadap Syiah adalah pengikut setia Ali bin abi Thalib
yang dilakukan oleh : kelompok Mawali, kelompok Dahaq bin Qais Asy-Syaibani,
dan kelompok Syiah yang menilai tampuk kekuasaan khalifah adalah hak keturunan
Ali bin Abi Thalib dan ingin menuntut balas atas terbunuhnya Husain bin Ali di
Karbala.
3.
Perpecahan kelompok suku
Arab Utara dan Arab Selatan.
4.
Kekecewaan Ulama dan tokoh
agama kepada Khalifah Marwan bin Muhammad yang dinilai tidak memiliki sikap
negarawan yang baik.
5.
Wafatnya Khalifah
Marwan bin Muhammad
(khalifah terakhir Daulah Umayyah) setelah kalah dalam pertempuran di tepi sungai Zab, Irak di
tahun 132 H/750 M.
b.
Proses Berdirinya Daulah
Abbasiyah
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam ditandai
dengan berdirinya Daulah Abbasiyah, mereka menyebut dirinya dengan Daulah.
Menandakan sebuah era baru, dan memang benar-benar menjadi era baru. Dinamakan
Abbasiyah, karena pendiri Daulah
ini merupakan keturunan
Abbas bin Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad Saw. Daulah Abbasiyah berkuasa dalam
rentang waktu yang panjang selama 550
tahun (750 – 1258
M). Berpusat di
Baghdad, Irak sebagai ibu kota,
wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah membentang luas meliputi Asia Barat, Asia
Selatan, Afrika Utara hingga Eropa.
Lembar sejarah
dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari sosok keluarga Bani
Abbas bernama Ali bin Abdullah. Sebagai sepupu Rasulullah Saw, ia
merasa yang paling
berhak menjadi pemimpin
setelah Khulafa’ur Rasyidin. Ali
bin Abdullah melakukan propaganda anti Daulah Umayyah, ia mencoba meraih
simpati masyarakat luas dengan menamakan gerakan propagandanya sebagai keluarga
Bani Hasyim. Tetapi sebelum usahanya itu terwujud, Ali bin Abdullah wafat di
tahun 124 H/742 M.
Ambisi Ali bin
Abdullah selanjutnya dilanjukan oleh putranya yaitu Muhammad bin Ali. Dalam
rangka mewujudkan cita-citanya itu ia menjadikan kota Kuffah dan Khurasan
sebagai basis gerakan anti Daulah Umayyah. Di kota Khurasan Muhammad bin Ali
mendapat dukungan dari pemimpin masyarakat Khurasan yaitu Abu Muslim al
Khurasani. Namun, Muhammad bin Ali lebih dulu wafat di tahun 127 H/745 M
sebelum cita-citanya meraih kekuasaan terwujud. pendahulunya sepeninggal
Muhammad bin Ali. Gerakan yang dilakukan Ibrahim bin Muhammad
mendapat perhatian khusus
dari Khalifah Marwan
bin Muhammad (Khalifah terakhir Daulah Umayyah) dan menganggapnya
sebagai ancaman negara. Untuk meredam gerakan Ibrahim bin Muhammad, pada tahun
128 H/746 M
Ibrahim bin Muhammad tertangkap oleh pasukan Daulah Umayyah dan wafat dalam
pengasingan.
Wafatnya
Ibrahim bin Muhammad membuat keluarga Bani Abbas semakin gencar melakukan
pemberontakan. Dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasani, Abu Abbas As-Saffah dan
Abu Ja’far Al-Mansyur melakukan penyerangan terhadap kota-kota penting Daulah
Umayyah dan menguasainya. Keadaan ini membuat Khalifah Marwan bin
Muhammad tidak bisa berbuat apa-apa hingga ia terkepung di kota Damaskus,
Syiria. Walaupun ia berhasil melarikan diri ke Yordania dan Palestina, Khalifah
Marwan bin Muhammad tertangkap di kota Fustat, Mesir dan wafat di sana. Dengan
wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad, maka berakhirlah era pemerintahan Daulah
Umayyah.
Tokoh penting
dalam proses berdirnya Daulah Abbasiyah :
a. Ali bin Abdullah (w. 124 H/742 M)
b. Muhammad bin Ali (w. 127 H/745 M)
c. Ibrahim bin Muhammad (w. 128 H/746 M)
d. Abul Abbas As-Saffah (Khalifah pertama)
e. Abu Ja’far
al Mansyur (dalam perjalanan sejarah, kelak menjadi khalifah ke 2)
B. Para Penguasa Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berkuasa
selama lima setengah abad (132 – 656 H / 750 – 1258 M). Dalam masa kekuasaannya
tersebut ada 37 khalifah yang pernah memimpin, mereka telah banyak mengukir
prestasi dalam berbagai bidang seperti, kemajuan di bidang administrasi
pemerintahan, kemajuan bidang ilmu
pengetahuan,kemajuan bidang politik,
kemajuan bidang militer, kemajuan bidang ekonomi, arsitektur, dan
sebagianya.
1. Abul Abbas
As-Saffah (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al- Abbas), (750 –
754 M).
2. Abu Ja’far Al-Mansyur (Abdullah bin Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas), (754 – 775 M).
3. Al-Mahdi (Muhammad bin Abu Ja’far Al-Mansyur),
(775 – 785 M).
4. Musa Al-Hadi
(Musa bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (785 – 786 M).
5. Harun Ar-Rasyid
(Harun bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (786 – 809 M).
6. Al-Amin
(Muhammad bin Harun Ar-Rasyid), (809 – 813 M).
7. Al-Ma’mun
(Abdullah bin Harun Ar-Rasyid), (813 – 833 M).
8. Al-Mu’tashim
(Muhammad bib Harun Ar-Rasyid), (833 – 842 M).
9. Al Watsiq Billah
(Harun bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (842 – 847 M).
10. 10. Al
Mutawakkil ‘Alallah (Ja’far bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (847 – 861M).
11. Al-Muntashir
Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (861– 862 M).
12. Al-Musta’in
(Al-Abbas bin Al-Mutawakkil), (862-866 M).
13. Al-Mu’tazz
Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (866 –869 M).
14. Al-Muhtadi
Billah (Muhammad Al-Watsiq bin Al-Mu’tashim), (869 – 870 M).
15. Al-Mu’tamad
‘Alallah (Ahmad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (870 –892 M)
16. Al Mu’tadhid Billah (Ahmad bin Al-mUwaffaq Thalhah bin
Al-Mutawakkil
17. Al-Muktafi
Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (902 – 908 M).
18. Al Muqtadir
Billah (Ja’far bin Al-Mu’tadhid), (908 – 932 M).
19. Al-Qahir Billah
(Muhammad bin Al-Mu’tadhid), (932 – 934 M).
20. Ar-Radhi Billah (Muhammad bin Al-Muqtadir bin
Al-Mu’tadhid), (934 – 940M).
21. Al-Muttaqi
Lillah (Ibrahim bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (940 – 944 M).
22. Al-Mustakfi
Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (944 – 946 M).
23. Al-Muthi’ Lillah
(Al-Fadhl bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (946 – 974 M).
24. At-Thai’ Lillah
(Abdul Karim bin Al-Muthi’ bin Al-Muqtadhid), (974 – 991 M)
25. Al-Qadir Billah
(Ahmad bin Ishaq bin Al-Muqtadir), (991 – 1031 M).
26. Al-Qaim
Biamirillah (Abdullah bin Al-Qadir Billah), (1031 – 1075 M).
27. Al-Muqtadi
Biamirillah (Abdullah bin Muhammad bin Al-Qaim Biamirillah), (1075 – 1094 M).
28. Al-Mustazhhir
Billah (Ahmad bin Al-Muqtadi Biamirillah), (1094 – 1118 M).
29. Al-Mustarsyid
Billah (Al-Fadhl bin Al-Mustazhhir Billah), (1118 – 1135 M).
30. Al-Rasyid Billah
(Mansyur bin Al-Mustazhhir Billah), (1135 – 1136 M).
31. Al-Muqtafi
Liamirillah (Muhammad bin Al-Mustazhhir Billah), (1136 – 1160M).
32. Al-Mustanjid
Billah (Yusuf bin Al-Muqtafi Liamirillah), (1160 – 1170 M)
33. Al-Mustadhi’
Biamirillah (Al-Hasan bin Al-Mustanjid Billah), (1170 – 1180M).
34. An-Nashir
Lidinillah (Ahmad bin Al-Mustadhi Biamirillah), (1180 – 1225 M).
35. Az-Zahir
Biamirillah (Muhammad bin An-Nashir Lidinillah), (1225 – 1226M).
36. Al-Mustanshir
Billah (Mansyur bin Az-Zahir Biamirillah), (1226 – 1242 M).
Al-Musta’shim Billah (Abdullah bin Al-Mustanshir
Billah), (1242–1258 M).