Sunday, August 23, 2020

MENGENAL DAULLAH ABBASIYAH BAGIAN II

 KEMAJUAN  PERADABAN  DAN  KEBUDAYAAN  ISLAM  MASA  DAULAH ABBASIYAH

d.   Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)


Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi masa Daulah Abbasiyah sebenarnya telah dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. Ia merupakan tokoh utama dari peletak dasar ekonomi Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil dan bijaksana membawa  Daulah  Abbasiyah  maju  dalam  berbagai bidang Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masa ini disebabkan oleh usaha-usaha para khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor perdagangan.

  Sektor Perdagangan

Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat khalifah Al- Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah

Abbasiyah dengan kerajaan-kerajaan lain telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menambah kas negara.

Kota Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai tempat transit antara Timur dan Barat,

banyak   mendatangkan   kekayaan   bagi   Abbasiyah.   Selain   itu,  ada  juga pelabuhan Damaskus dan dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi peningkatan pada sektor tambang, pertanian dan industri.

  Sektor Perindustrian

Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat serius dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong kemajuan  sektor perindustrian.  Para  khalifah menganjurkan masyarakatnya untuk berlomba-lomba dalam industri dan pengolahan.

Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. kota Basrah menjadi pusat industri gelas dan sabun, kota Kuffah merupakan pusat industri tekstil, industri pakaian dari sutra   bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang

pusat kerajinan sutranya berada di Khazakstan, dan kota Syam menjadi pusat industri keramik dan gelas berukir.

Pembangunan kanal, bendungan,  irigasi dan terusan diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan petani yang hasilnya mampu meningkatkan produktifitas para    petani dan kualitas hasil panennya. Sebagai contoh, pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, istri khalifah, Ratu Zubaidah menyaksikan penderitaan rakyat akibat kemarau panjang dalam kunjungannya ke Makkah dan Madinah. Atas usulan permaisuri, khalifah membangun sebuah bendungan dan terusan yangdapat  mengalirkan  air  ke  ladang-ladang  dan  untuk  kebutuhan  hidup  para petani. Sehingga kehidupan masyarakat di dua kota suci itu sejahtera. Untuk mengenang jasa Ratu Zubaidah, bendungan itu diberi nama “Bendungan Zubaidah”.

 e.    Seni Budaya

Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan karena proses asimilasi (pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi setelah kegiatan penerjemahan berbagai macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan Persia ke dalam bahasa Arab.

Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya dan sastra seperti :

 Seni Arsitektur

Seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini sangat   berguna   untuk   keperluan   membangun   gedung,   masjid,   istana, madrasah, dan kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang Abbasiyah

Bukti  dari  kemajuan  pradaban  seni  arsitektur  pada  masa  Daulah Abbasiyah masih dapat ditemukan sampai saat ini dari keindahan gedung-gedung istana, masjid, madrasah sebagai peninggalan Daulah Abbasiyah.

 

 Seni Tata Kota

Seni  tata  kota  dan  arsitektur  pada  masa  Daulah  Abbasiyah  bernilai sangat tinggi, banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota yang berseni tinggi. Diantara kota-kota itu adalah :

  Kota Baghdad

Baghdad dibangun tahun 763 M pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli bangunan, terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan lain-lain  yang  didatangkan  dari  Suriah,  Iran,  Basrah,  Mosul,  Kuffah,  dan daerah   –daerah   yang   lainnya.   Biaya   pembangunan   kota   ini   mencapai

4.833.000 dirham.

Kota Baghdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar (Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m). Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda sebagai saluran air dan benteng pertahanan.

Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab (istana emas) yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur.

  Kota Samarra

Lima tahun setelah kota Baghdad mengalami kemajuan Khalifah Al- Mu’tashim Billah (833-842 M) membangun kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat istana yang indah dan megah, masjid raya, taman kota dengan bunga-bunga yang indah, dan alun-alun. Untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya, dibangun pula pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat pelayanan publik.

Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam Makkah dan Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para penguasaa Daulah Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada masanya  masing-masing  turut  ambil  bagian  dalm  renovasi  dan pembangunan dua Masjid suci kebanggaan umat Islam tersebut.

 f.    Seni Sastra

Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad merupakan pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir seluruh khalifah Abbasiyah menyukai sastra. Berikut beberapa penyair dan sastrawan yang terkenal saat itu

  Abu Athiyah (760 – 841 M)

  Abu Nawas (741 – 794 M)

  Abu Tamam (w 847 M)

  Al-Buhtury (821 – 900 M)

  Al-Muntanabbi (961 – 967 M)

 

Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam yaitu cerita tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh Mubasyir ibnu Fathik.

No comments:

Post a Comment

APAKAH MASYARAKAT MADINAH RESPON DENGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW ?

RESPON PADA DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW. DI MADINAH Untuk memperluas wawasan tentang Respon masyarakat Madinah terhadap dakwah Nabi Muhammad ...