PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW MELAKUKAN PERUBAHAN
BAB II KELAS VII
PETA KONSEP
Sebelum Islam datang ke Yasrib, kota penduduk kota ini di diami
berbagai komunitas dan Agama. Ada yang berasal dari komunitas etnis Arab dan
ada juga yang berasal dari komunitas Yahudi. Masing-masing komunitas telah
memiliki tradisi keagamaan yang sudah mengakar dan lama dipraktikkan. Tidak
jarang dari mereka terjadi perselisihan yang berakibat peperangan yang
disebabkan banyak faktor, antara lain kepercayaan, politik ekonomi dan lain
sebagainya.
Masyarakat kota Yasrib telah memiliki agama dan kepercayaan. Agama
yang dianut penduduk Yatrib adalah Yahudi, Nasrani, dan Pagan. Secara mayoritas
penduduknya memeluk agama Yahudi. Agama Yahudi masuk ke Yasrib dibawa para
imigran dari wilayah utara sekitar abad ke-1 dan ke-2. Mereka datang ke Yasrib
untuk menyelamatkan diri dari penjajahan Romawi. Migrasi terbesar bangsa Yahudi
terjadi pada tahun132-135. Karena pemerintah Romawi menindak keras bangsa
Yahudi yang mencoba melakukan pemberontakan.
Nabi Muhammad memilih kota Yasrib untuk tempat berhijrah Nabi dan kaum
muslimin karena beberapa faktor yang mendorong Nabi Muhammad Saw. memilih
sebagai tempat hijrah umat Islam. Faktor-faktornya antara lain:
1.
Yasrib adalah tempat yang
paling dekat.
2.
Sebelum diangkat menjadi
nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut.
Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek Nabi, Abdul Muthalib
beristerikan orang Yasrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di sana.
3.
Penduduk Yasrib sudah dikenal
Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat- sifatnya yang baik.
4.
Bagi diri Nabi sendiri,
hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah Swt.
Untuk selanjutnya kira-kira bagaimana setrategi dakwah Nabi Muhammad
Saw. di Madinah? dan langkah apa yang dilakukan Nabi untuk mengembangkan
perekonomian kaum muslimin khususnya kaum muhajirin?
A.
KONDISI MASYARAKAT MADINAH
SEBELUM ISLAM
Sebagai pembuka wawasan tentang kondisi Madinah sebelum
Islam, “wawasanku” akan menggali informasi seputar kondisi Madinah sebelum
Islam di aspek kepercayaan, sosial, ekonomi dan politk.
Madinah dikenal dengan Madinatun Nabi (Masjid Nabi) atau
al-Madinah al- Munawwarah (Kota yang Bercahaya) secara geografis kota ini
terletak di lembah yang subur, berada pada jarak kurang 300 km
sebelah utara kota Mekah. Sebelum datangnya Islam kota Madinah bernama Yasrib.
Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Yasrib, Yasrib birubah menjadi Madinah.
Sebelum Islam datang ke Yasrib, kota penduduk kota ini di
diami berbagai komunitas dan Agama. Ada yang berasal dari komunitas etnis Arab
dan ada juga yang berasal dari komunitas Yahudi. Masing-masing komunitas telah
memiliki tradisi keagamaan yang sudah mengakar dan lama dipraktikkan. Tidak
jarang dari mereka terjadi perselisihan yang berakibat peperangan yang
disebabkan banyak faktor, antara lain kepercayaan, politik ekonomi dan lain
sebagainya.
1. Kepercayaan
Masyarakat Madinah Sebelum Islam
Sebelum kedatangan agama Islam ke Yasrib masyarakat kota
Yasrib telah memiliki agama dan kepercayaan. Agama yang dianut penduduk Yatrib
adalah Yahudi, Nasrani, dan Pagan. Secara mayoritas penduduknya memeluk agama
Yahudi. Agama Yahudi masuk ke Yasrib dibawa para imigran dari wilayah utara
sekitar abad ke-1 dan ke-2. Mereka datang ke Yasrib untuk menyelamatkan diri
dari penjajahan Romawi. Migrasi terbesar bangsa Yahudi terjadi pada
tahun132-135. Karena pemerintah Romawi menindak keras bangsa Yahudi yang
mencoba melakukan pemberontakan. Diantara suku-suku bangsa yang menganut agama
Yahudi adalah Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Gathafan, Bani Quraidlah. Keempat
suku ini tetap mempertahankan untuk memeluk agama Yahudi walaupun Islam telah
tersebar di Madinah. Kebanyakan mereka bekerjasama dengan kafir Quraisy untuk
mengusir dan membunuh Nabi Muhammad Saw.
Selain Yahudi, penduduk Yasrib ada yang memeluk agama
Nasrani. Penganut agama Nasrani merupakan Kelompok minoritas yang berasal dari
Bani Najran. Masyarakat Bani Najran mememeluk agama nasrani pada tahun 343 M.
Ketika kelompok misionaris Kristen dikirim oleh kaisar Romawi ke wilayah
tersebut mereka untuk menyebarkan agama Nasrani.
Penduduk kota Yasrib Selain memeluk agama Yahudi dan
Nasrani, sebagian kecil ada yang mengikuti kenyakinan orang Quraisy dan
Penduduk Mekah atau dikenal dengan paganisme yaitu kepercayaan kepada
benda-benda, dan kekuatan-kekuatan alam, seperti matahari, bintang-bintang,
bulan, dan sebagainya. Alasan mereka mengikuti kepercayaan orang Quraisy karena
mereka memandang kaum Quraisy sebagai penjaga Rumah Allah, sebagai
pemimpin-pemimpin Agama, serta sebagai panutan dalam beribadah. Praktik
peribadatan mereka bertentangan dengan agama Yahudi dan Nasrani. Karena itu,
sering terjadi perselisihan dan keributan antara mereka dengan pemeluk agama
Yahudi.
2. Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah Sebelum Islam
Kota Yasrib merupakan salah satu kota terbesar di provinsi
Hijaz. Kota yasrib dikenal sebagai kota strategis, karena merupakan jalur
perdagangan yang menghubungkan kota Yaman di selatan dan Syria di utara. Selain
itu Yasrib merupakan daerah yang subur sebagaian besar kehidupan masyarakatnya
hidup dari bercocok tanam selain beternak. Hal ini menjadikan Yasrib sebagai
pusat pertanian.
Karena faktor itu, maka banyak penduduknya yang berasal
bukan dari wilayah itu. Dalam catatan sejarah diketahui kelompok yang pertama
mendiami Yasrib adalah suku Amaliqah. Tidak lama kemudian, beberapa golongan
Yahudi berhasil menguasai mereka dan ahirnya menetap di Madinah. Mereka datang
secara bergelombang di mulai pada abad ke-1 dan ke-2. Kedatangan mereka ke
Yasrib untuk menghindari serangan Romawi, yang terus mengejar mereka, karena
mereka dianggap sebagai pemberontak penguasa Romawi. Kemudian datang bangsa
Arab ke Yasrib karena Negerinya dilanda bencana bencana alam, berupa hancurnya
bendungan Ma’rib yang dibangun sejak masa Ratu Balqis ketika kerajaan Saba
masih berjaya. Kedatangan mereka diperkirakan pada tahun 300 M.
Sebelum Islam datang. Kota Yasrib memiliki beberapa
kemiripan dengan keadaan di Mekah. Suku-suku dan kelompok masyarakat yang
tinggal di sana berperang satu sama lain.Yasrib memiliki dua kebudayaan yaitu
kebudayaan Arab dan Yahudi. Kedua kebudayaan tersebut jelas memiliki tradisi
yang berbeda. Sekalipun terdapat orang-orang
Arab yang memeluk
Yahudi dan terjadi hubungan perkawinan diantara mereka, tapi sikap dan pola
hidup bangsa Yahudi dan Arab berbeda.
Di Yasrib terdapat beberapa suku atau kabilah. diantara
kabilah-kabilah yang berada di Yasrib (Madinah) antara lain:
a. Kabilah Aus dan
Kharzaj
“Aus” dan “Kharzaj” dua suku yang terkemuka di Arab
Selatan. Suku ini mendiami Yasrib jauh sebelum Islam datang. Garis keturunan
suku Aus dan Khazraj sampai ke kabilah besar Yaman yang bernama Bani ‘Azd.
Keturunannya terpecah menjadi dua kelompok yang saling bermusuhan dan
berperang. Perang saudara berlangsung lebih dari 120 tahun. Kedua kelompok memiliki
daerah kekuasaan sendiri di kota Madinah.
Kabilah Aus menempati wilayah dataran tinggi di selatan dan
timur wilayah yang mereka tempati subur dan terkenal dengan hasil pertanianya.
Kabilah Khazraj tinggal menempati wilayah dataran rendah di tenggah utara
Madinah. Di belakang mereka tidak ada apapun kecuali kesunyian Hirrah Wabrah.
Kabilah Aus mendiami wilayah- wilayah pertanian yang kaya di Madinah. Mereka
bertetangga dengan Kabilah-kabilah Yahudi. Sedangkan kabilah Khazraj mendiami
wilayah-wilayah yang kurang subur, dan bertetangga dengan kabilah Yahudi yang
besar yakni Qainuqa.
Dalam catatan sejarah pernah terjadi perang saudara yang
sangat hebat antara kabilah Aus dan Kabilah Kharzaj pada tahun ke-10 dari
kenabian Muhammad SAW. Banyak pemimpin dari kedua kabilah tersebut tewas di
medan perang. Pada waktu itu, kabilah Khazraj memenangkan peperangan sengit itu
karena memiliki pasukan lebih banyak dari Kabilah Aus dan mendapat bantuan
senjata dari bangsa Yahudi Bani Nadhir dan Baini Qainuqa. Walaupu Kabilah Aus
mendapat bantuan juga dari Yahudi Bani Quraizhah.
Karena mendapat kekalahan, Kabilah Aus mengirim dua utusan
ke Mekah yaitu Iyas bin Mu’adz dan Anas bin Rafi. Adapun tujuannya untuk
meminta bantuan kaum Quraisy. Ketika sampai di Mekah, keduanya bertemu denga
nabi Muhammad Saw. Nabi bercakap-cakap dengan keduanya dan membacakan ayat-ayat
Al Quran. Ketika itu Iyas bin Mua’az
tertarik dengan ajakan Nabi untuk masuk Islam. Tapi dia diingatkan oleh Anas bin Rafi tentang tujuan
datang ke Mekah. Mereka ketemu dengan pembesar Quraisy dan menyampaikan
tujuannya. Tapi permintaannya ditolak oleh
kaum Quraisy karena
mereka sedang sibuk mencegah tersebarnya ajaran Nabi Muhammad. Akhirnya
keduanya kembali ke Madinah dengan tangan hampa.
Ketika keduanya sampai di Madinah, terjadi perang saudara
kembali. Kali ini Kabilah Aus memperoleh kemenangan. Menurut sejarah,
peperangan tersebut merupakan peperangan terakhir antara kedua kabilah. Karena
sudah banyak pemimpin dari kedua kabilah tersebut masuk Islam.
b. Kabilah Yahudi
Bangsa Yahudi dan Bangsa Arab merupakan bangsa pendatang di
Yasrib. Bangsa yahudi datang ke Yasrib karena situasi politik akibat penjajahan
Romawi. Mereka menghidari Bangsa Romawi yang ingin membunuh dan menghancurkan
mereka. Karena bangsa Yahudi dianggap sebagai pemberontak. Mereka kebanyakan
berasal dari wilayah utara, datang ke Yasrib diperkirakan pada abad ke-1 dan
ke-2. Sedangkan bangsa Arab datang ke Madinah karena bencana alam akibat
hancurnya bendungan Ma’arib yang dibangun pada masa kerajaan Saba’. Mereka
datang ke Madinah diperkirakan terjadi pada tahun 300 M
Bangsa Yahudi di madinah terdiri dari 3 kabilah besar
yaitu, Qainuqa, Nadhir, dan Quraizhah. Jumlah laki-lakinya yang sudah baligh
mencapai lebih dari dua ribu orang.laki-laki di kabilah Qainuqa’ yang biasa
berperang mencapai tujuh ratus orang. Bani Nadhir mencapai tujuh ratusan orang
yang terbiasa perang. Sedangkan laki-laki dari Bani Quraizhah antara tujuh
ratus hingga sembilan ratus orang.
Hubungan ketiga kabilah tersebut tidak harmonis. Terkadang
ketiganya terjadi
perang saudara. Al-Qur’an menunjukkan bahwa permusuhan
antara kaum Yahudi dengan Firman-Nya :
84. Dan (ingatlah),
ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan
darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu
sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya)
sedang kamu mempersaksikannya
85. Kemudian kamu
(Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan
daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka
dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat QS. Al-Baqarah [2]: 84-85).
Bani Nadhir menetap di Aliyah, di lembah Bathan sejauh 2
atau 3 mil dari Madinah. Daerah tersebut banyak pohon kurma dan tanaman-tanaman
lainnya. Bani Quraizhah mendiami wilayah Mazhur yang terletak beberapa mil di
selatan Madinah. Sedangkan bani Qainuqa tinggal di dalam kota Madinah. Mereka
pindah setelah diusir oleh Bani Nadhir dan Bani Quraizhah, dari tempat mereka
yang berada diluar Madinah. Bangsa Yahudi memiliki midras, yaitu tempat mereka
mempelajari agama Yahudi dan sejarah rosul-rosul mereka. Mereka melahirkan ahli
ilmu, ahli agama dan ahli hukum.
Pada awalnya bangsa Yahudi dan Arab dapat hidup
berdampingan saling menghormati. Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Arab
melebihi jumlah penduduk bangsa Yahudi yang sudah datang duluan di Yasrib,
terutama setelah Arab Yaman pindah secara masal di akhir abad ke-4 M. Mulai saat
itu muncul kecurigaan dan saling mengancam diantara keduanya. Ketegangan ini
berawal dari sikap bangsa Yahudi yang menyombongkan diri sebagai manusia
pilihan Tuhan karena dari suku mereka banyak diutus para nabi dan rasul. Selain
itu mereka adalah penganut agama tauhid, sementara masyarakat arab adalah
penyembah berhala.
Apabila timbul konflik, orang Yahudi selalu berkata dengan
nada ancaman bahwa semakin dekat waktu kedatangan Nabi yang diutus untuk
memimpin mereka membunuh bangsa Arab. Pada waktu itu Jika ditanya tentang
kedatangan Nabi, Para pendeta Yahudi selalu menunjuk ke arah Yaman. Bagi Orang
Yasrib, isyarat itu bukan ke Yaman tapi
kota Mekah. Ketika mendengar berita seseorang yang mengaku Nabi di Mekah, mereka
berusaha mencari informasi tersebut. Setiap musim haji tiba, mereka mengutus ke
Mekah untuk menyelidiki kebenaran berita tersebut. Hasilnya terjadi dua
perjanjian yaitu ‘Aqabah I dan Aqabah II.
3. Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah Sebelum Islam
Kota Yasrib merupakan salah satu kota terbesar di provinsi
Hijaz. Kota yasrib dikenal sebagai kota strategis, karena merupakan jalur
perdagangan yang menghubungkan kota Yaman di selatan dan Syria di utara. Selain
itu Yasrib merupakan daerah yang subur sebagaian besar kehidupan masyarakatnya
hidup dari bercocok tanam..
Yasrib merupakan kota yang makmur dan subur dengan
pertaniannya. Inilah yang membuat Yasrib berbeda dengan Kota Mekah di kondisi
alam dan watak penduduknya. Air yang tersedia di kota Yasrib ini mencukupi
untuk membangun pertanian. Kota ini dikelilingi oleh gunung berbatu, terdapat
banyak lembah, atau yang paling terkenal
dikenal dengan nama Wadi Sebagai pusat pertanian, kota Yasrib menjadi menarik
bagi penduduk wilayah lain untuk pindah ke Yasrib.
Kota Yasrib terdapat daerah persawahan dan perkebunan yang dikelola
dengan baik, sehingga persawahan dan perkebunan ini bisa menjadi
sandaran hidup penduduk setempat. Penghasilan terbesarnya adalah kurma dan
anggur. Kurma merupakan hasil alam yang
memberikan manfaat banyak bagi kehidupan mereka, diantaranya sebagai makanan,
alat bangunan, makanan hewan, bahkan seperti mata uang yang digunakan untuk
tukar menukar ketika terdesak. Kurma Madinah juga banyak macamnya.
Di kota Yasrib terdapat beberapa pabrik yang sebagian besar
dikelola oleh orang- orang yahudi. Bani Qainuqa’ adalah kabilah yahudi terkaya
di Madinah, meski jumlah mereka tidak banyak.Di Madinah terdapat banyak pasar,
yang terkenal pasar Bani Qainuqa’, disana juga terdapat toko minyak wangi. Dan
macam- macam jual beli lainnya, yang sesuai dengan ajaran Islam maupun tidak.
4. Kondisi Politik
Masyarakat Madinah
Yasrib tidak pernah ada kerajaan yang mengatur kekuasaan.
Sehingga Kekuasaan berada di tangan suku-suku atau kelompok tertentu tergantung
kepada siapa yang paling kuat diantara mereka. Hal inilah yang mengakibatkan
sering terjadinya perang antar suku dan kelompok. Kondisi tersebut hampir sama
dengan keadaan di Mekah.
Sebelum bangsa Yahudi datang ke Madinah dan akhirnya
menguasai Madinah, suku yang pertama kali tinggal dan menguasai Yasrib adalah
suku Amaliqoh. Mereka membangun perkampungan dan peradaban. Kemudian, setelah
bangsa Yahudi datang ke Madinah mereka menaklukkan suku Amaliqoh dan akhirnya
menguasai Madinah.
Sebelum kedatangan orang-orang Arab, Madinah sepenuhnya
dikuasai oleh orang- orang Yahudi, baik secara ekonomi, politik, maupun
intelektual. Bangsa Yahudi
dimadinah terdiri dari Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan
Bani Qainuqa sudah bisa membangun sebuah peradaban dengan membuat
benteng-benteng untuk berlindung dari serangan arab badui. Mereka disebutkan
sebagai kelompok yang paling makmur dan berbudaya.
Sejarah menyebutkan bahwa orang-orang Masehi (Kristen) di
Syam (Siria) sangat membenci orang-orang Yahudi. Mereka menganggap bangsa
Yahudi telah menyiksa dan menyalib Isa al-Masih. mereka menyerbu Yasrib untuk
memerangi orang-orangYahudi. Dalam penyerbuan tersebut, orang-orang Kristen
meminta bantuan suku Aus dan Khazraj. Suku Aus dan Khazraj, seperti halnya kaum
Yahudi, juga merupakan pendatang. Keadaan tersebut menyebabkan peperangan
antara Yahudi dan Kabilah Arab yaitu Aus dan Khazraj. Banyak pemimpin Yahudi
yang meninggal, sehingga kekuasaan Yasrib jatuh ke tangan Aus dan Khazraj.
Sebelumnya, kondisi Aus dan Khazraj merupakan buruh. Peralihan kekuasaan di
Yasrib merubah kedua suku menjadi suku yang menonjol.
Setelah bangsa Yahudi kalah dan tidak berkuasa, mereka
berusaha untuk memecah belah kedua suku tersebut, provokasi (penghasutan)
mereka nampaknya berhasil. Muncul permusuhan antara kedua kabilah, sehingga
terjadi peperangan yang tidak pernah berarkhir. Dalam kondisi seperti itu,
bangsa Yahudi memiliki peluang untuk memperbesar perdagangan dan kekayaan
mereka. Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali. Sehingga
di Yasrib terdapat 3 kekuatan yang mengendalikan Madinah yaitu kabilah Aus,
Kabilah Khazraj, dan bangsa yahudi. Ketiganya telah siap tempur dan hidup dalam
suasana perang yang tiada hentinya
Selain perebutan kekuasaan di antara 3 kabilah tersebut,
konflik muncul karena adanya perbedaan agama. kabilah Aus dan kabilah Khazraj
memeluk agama Watsani (menyembah berhala). Sedangkan bangsa Yahudi sebagai
Ahlul Kitab (penganut al- Kitab)
mempercayai keesaan Tuhan (monoteisme). Oleh karena itu, orang-orang Yahudi
sangat mencela suku Aus dan Khazraj yang dipandangnya sebagai kaum kafir. Sama
halnya dengan penganut agama Watsani di jazirah Arabia, pada bulan tertentu,
yaitu Dzulhijjah, mereka melakukan ziarah ke kota Mekah. Mereka melakukan
peribadatan dan penyembahan berhala yang ada di seputar Ka’bah. Ziarah ke kota
Mekah biasanya dilakukan secara berombongan, baik dari kalangan suku Aus maupun
Khazraj. Akan tetapi adanya hubungan sosial yang terjadi antara orang-orang
Yahudi yang menetap di Madinah dengan orang-orang Aus dan Khazraj, sedikit
banyak telah menyebabkan pemikiran keagamaan Yahudi dapat diketahui dan diserap
oleh mereka.
Keadaan ini
menyebabkan Kabilah Aus dan Khazraj lebih mudah memahami ajaran keagamaan yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. dibanding penduduk Mekah. Karena itu,
Orang-orang Yasrib (Madinah)mudah mengerti dan memahami ajaran-ajaran yang
disampaikan Nabi Muhammad, karena ajaran itu menyerupai ajaran-ajaran yang
telah mereka dengar dari orang-orang Yahudi. Salah satunya mengenai akan
datangnya seorang Nabi baru. Karena itu, ketika mereka mendengar berita tentang
adanya seorang Nabi di Mekah, yaitu
Nabi Muhammad, mereka
dengan cepat menanggapi
dan mempercayainya.
Dengan alasan itu pula, kemudian mereka meminta Nabi
Muhammad untuk pindah (hijrah) ke kota Yasrib dan menjadi pemimpin bagi kedua
kabilah di Yasrib
B. B.
PERISTIWA HIJRAH NABI
MUHAMMAD SAW. KE MADINAH
Para musyrikin
Mekah mulai gusar mendengar berita kaum muslimin Mekah yang sudah banyak
meninggalkan Mekah menuju Yasrib. Mereka khawatir ajaran Nabi Muhammad akan
semakin meluas dan di sana kekuatan Islam akan bertambah kuat, pada akhirnya
akan menyerang kekuatan mereka di Mekah.
Para pemuka
Quraisy berkumpul di Darun Nadwah untuk membahas strategi pencekalan Nabi
Muhammad Saw. agar gagal meninggalkan Mekah. Akhirnya, diputuskan sebuah
keputusan bulat untuk mengeksekusi Nabi Muhammad. Agar nantinya pembunuhan
tersebut tak mendapatkan tuntutan balas dendam dari Bani Abdi Manaf suku klan
Nabi Muhammad Saw., mereka bersepakat yang melakukan eksekusi haruslah dari
para pemuda gagah berani dari koalisi berbagai suku bangsa Quraisy.
Nabi Saw.
memerintahkan Sayyidina Ali bin Thalib menggantikan posisi tempat tidurnya.
Nabi meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan Ali bin Thalib.
Sayyidina Ali pun diperintahkan untuk memPersiapkan barang-barang amanah
penduduk Mekah untuk dikembalikan pada pemiliknya.
Pagi dini hari,
sebelum Nabi Saw. meninggalkan rumah, para pemuda Quraisy dengan pedang
terhunus telah mengepung sekeliling rumah Nabi SAW dan siap membunuhnya jika
keluar meninggalkan rumah. Pada saat itulah, turunlah Jibril membawakan wahyu:
"Dan
Kami adakan dinding di hadapan mereka dan di
belakang mereka dinding (pula) dan Kami tutup penglihatan mereka dan
sekali-kali mereka tidaklah dapat melihat." [QS Yasin [39]: 9]
Nabi Muhammad
SAW membaca wahyu itu sembari meniupkan ke arah luar rumah. Dengan izin Allah,
sekelompok pemuda kafir musyrikin itu dibuat kantuk berat dan tertidur pulas
menjelang petang. Nabi melangkah meninggalkan rumah beliau dengan tenang.
Setelah
terbangun mereka segera memasuki rumah Nabi Saw., namun tidak lagi mendapati
Nabi kecuali hanya ada Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang sedang berbaring di
kasur menggantikan posisi Nabi. Misi pemuda Quraisy tersebut membunuh Nabi SAW
berakhir gagal total.
Sejak siang hari
itu, hari Senin, Nabi memulai hijrah meninggalkan Kota Mekah. Langkah pertama
beliau menuju ke rumah Abu Bakar bin Shiddiq dengan cara menyamar. Sesampai di
sana, Abu Bakar sudah siap menunggu dengan seekor unta dan perbekalan seadanya.
Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta menuju Yasrib yang akan ditempuh
sekitar 480 Km atau biasa dilakukan dengan kendaraan unta selama 10 hari.
Di dalam rumah
Abu Bakar, Nabi Saw. mengatur strategi hijrah agar dapat mengelabui kafir
Quraisy yang pasti akan melakukan pengejaran hingga ke Yasrib. Nabi memutuskan
memutar haluan mengambil jalur berlainan ke arah selatan menuju Yaman.
Sedangkan untuk menuju ke Yasrib seharusnya ke arah utara dengan cara
bersembunyi dahulu di Gua Tsur beberapa hari.
Abu Bakar pun
mengatur membagi tugas-tugas khusus pada putranya Abdullah bin Abi Bakar
sebagai intelijen pencari informasi tentang pergerakan kafir Quraisy yang
melaporkan setiap malam ke Gua Tsur. Sedangkan putrinya, Asma bin Abi Bakar
bertugas sebagai pemasok makanan susu dan daging setiap hari selama
persembunyian.Pembantunya Amir bin Fahirah diperintahkan mengembalakan kambing
di sekitar gua Tsur untuk menutup bekas jejak unta milik Abu Bakar di atas
padang pasir agar rute perjalanan hijrah Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak
dapat dilacak oleh kafir Quraisy.
Pemuda kafir
Quraisy sempat melakukan penyisiran hingga gua Tsur. Mereka hampir saja
menemukan persembunyian Nabi Saw. dan Abu Bakar. Hampir saja keduanya
tertangkap dan terbunuh. Abu Bakar sedemikian khawatirnya Nabi Saw terbunuh.
Maka turunlah surah at-Taubah ayat 40 dimana Allah Swt. menenangkan hati
kekasih-Nya, "Jan ganlah takut dan sedih sesungguhnya Allah bersama
kita!" Wahyu tersebut, Nabi Saw ucapkan untuk menenangkan hati Abu Bakar
bin Shidiq.
Allah pun
menyelamatkan mereka berdua dengan memerintahkan sepasang burung merpati
bersarang di mulut gua serta sarang laba-laba yang mengindikasikan bahwa gua
tersebut sudah
lama belum pernah dimasuki seorang pun, sehingga kafir Quraisy yang dipimpin
Umayah bin Khalaf batal memasuki gua.
Pada hari ke-3,
sesuai kesepakatan yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan Abdullah bin
Arqayat, dia datang ke Gua Tsur untuk bekerja sama membantu sebagai orang yang
dibayar sebagai penunjuk jalan menuju Yasrib dengan mengambil jalan yang tak
biasa dilalui orang. Padahal Abdullah bin Arqayat atau disebut juga Abdullah
bin Uraiqhit ini seorang musyrikin Mekah yang menawarkan jasanya secara
profesional.
Nabi Saw.
membutuhkan seorang pemandu disebabkan rute perjalanan yang mereka tempuh bukan
rute perjalanan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang, melainkan rute alternatif
yang tidak banyak diketahui untuk menghindari pengejaran kafir quraisy. Di hari
ke-3, Nabi Saw., Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melakukan perjalanan
hijrah dengan menggunakan seekor unta dengan rute memutar berbalik arah tujuan
menuju Yaman.
Di Kota Mekah,
kafir Quraisy yang gagal menemukan jejak Nabi Muhammad Saw, mengadakan
sayembara yang diumumkan di pasar Ukaz dan sekeling Ka'bah bahwa siapa saja
yang berhasil menangkap Muhammad, baik dalam keadaan hidup atau mati dia akan
mendapatkan hadiah 100 ekor unta.
Seorang kafir
Quraiys bernama Suraqah bin Malik al-Mudlaji tertarik dengan hadiah sayembara
itu. Dia segera memacu kudanya untuk melakukan penyisiran sekaligus pengejaran
hijrahnya Nabi Saw.. Di tengah gurun pasir yang luas, Suraqah menangkap
bayangan tiga orang yang sedang melakukan perjalanan menuju arah ke Madinah.
Dengan pedang
terhunus, dia memacu kudanya dengan penuh semangatnya, namun beberapa kali
kudanya jatuh terjungkal. Suraqah yang berniat membunuh Nabi Saw. terjatuh,
hingga ditolong oleh Nabi Saw. Suraqah menyadari kesalahannya, dia meminta
diampuni dan menyatakan masuk Islam.
Pada hari
ketiga, hari Kamis, tibalah Nabi Saw. di Desa Quba, selama beberapa hari di
sana, Nabi sempat mendirikan sebuah masjid. Itulah masjid pertama kali yang
dibangun dalam sejarah Islam. Sampai hari ini dikenal dengan Masjid Quba.
Pada hari
Jum'at, di Quba Nabi Muhammad Saw. bertemu kembali dengan Sayyidina Ali bin
Thalib yang menyusulnya. Di sini pula lah Nabi menerima keislaman Salman al-
Farisi; seorang pemeluk agama Kristen yang berasal dari Persia. Selama 4 hari
hari di Quba, Nabi dan para sahabat melanjutkan perjalanan memasuki Kota
Yasrib.
Sebelumnya, Nabi
ditemui oleh Zubair bin Awwam yang ketika itu berusia 21 tahun yang membawakan
jubah putih agar dikenakan Nabi Saw. saat memasuki kota Yasrib. Perjalanan
hijrah Nabi berlangsung selama 14 hari, meski biasanya sudah bisa sampai dalam
waktu perjalanan 10 hari, disebabkan Nabi bertahan di gua Tsur selama 3 hari. Para penduduk di Madinah selalu menunggu kedatangan Nabi Saw. di sebuah tempat bernama Harrah; di sebuah perbukitan batu hitam yang memungkinkan bisa melihat rombongan Nabi dari kejauhan.
Tepat pada hari
Senin, 16 Rabiul Awwal atau bertepatan 20 September 622 M, disambut suka cita
oleh segenap penduduk Yasrib dengan sambutan tabuhan gendang rebana disertai
syair "Thala'al badru 'ala'ina" Nabi Saw. memasuki kota Yasrib.
Kedatangan Rasulullah Saw. di Yasrib diperebutkan oleh penduduk kaum muslimin,
mereka berebut menarik tali kekang unta beliau untuk mengajak Rasulullah
bertempat tinggal di rumah mereka.
Namun,
Rasulullah meminta biarlah untanya sendiri yang menentukan dimana beliau
bertempat tinggal. Unta yang ditunggangi oleh Rasulullah, akhirnya berhenti di
pekarangan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Di sanalah Rasulullah, memulai bertempat
tinggal beberapa bulan, sebelum akhirnya beliau membangun masjid Nabawi dan
beberapa kamar untuk beliau tinggali di atas sebuah tanah yang dibeli dari
kakak beradik yatim piatu di Yasrib tersebut.
Tak lama
kemudian, Rasulullah mengubah nama Yasrib menjadi nama baru "Madinah
al-Munawwarah" yang artinya "Kota Baru yang Bersinar". Kemudian,
Khalifah Umar bin Khattab menjadikan peristiwa hijrah pada tahun 622 H atau
bertepatan 20 September 622 M inilah yang dijadikan sebagai momentum awal tahun
baru Islam 1 hijriyyah dalam penanggalan umat Islam hingga hari ini.
1.
Pengertian Hijrah
Kata Hijrah berasal
dari Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan diri dan berpindah tempat.
Adapun Seseorang bisa dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu
yang pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seseorang yang berhijrah. Meninggalkan segala segala hal
yang buruk, negatif, kondisi yang tidak kondusif menuju keadaan yang lebih
baik, positif dan kondisi yang kondusif dalam menegakkan ajaran Allah. Dalam
konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan
tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at
Islam. Secara garis besar hijrah terdiri dari dua macam yaitu:
1. Hijrah Makaniyah
Hijrah Makaniyah
yaitu meninggalkan suatu tempat. Selama masa kenabian, peristiwa Hijrah
Makaniyah telah terjadi 3 kali, yaitu:
a.
Hijrah ke Habasya
Hijrah ke
Habasya sebagai hijrah pertama adalah Hijrah yang dilakukan oleh sebagian
sahabat Nabi Saw. Mereka meninggalkan Mekah menuju ke Habasyah (Abbesinia,
Ethiopia) dalam rangka mencari tempat yang lebih aman (suaka politik), karena
di Mekah kaum musyrikin terus melakukan tekanan, intimidasi, dan tribulasi
kepada para pengikut Nabi Saw.
b.
Hijrah ke Thaif
Hijrah ke Thaif sebagai hijrah kedua adalah
hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. setelah Abu Thalib paman dan
sekaligus penjamin beliau telah wafat, maka kaum musyrikin semakin berani
mengintimidasinya terhadap diri beliau Nabi Muhammad Saw. Lalu Nabi Muhammad
meninggalkan Mekah menuju ke Thaif. Namun setelah sampai di Thaif, ternyata
Nabi Saw justru diusir oleh para penduduknya.
c.
Hijrah Ke Madinah (Yasrib)
Hijrah yang
ketiga adalah hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Dan para
shahabatnya. Hijrah ke Yasrib yang diubah namanya menjadi Madinah, memberikan
harapan besar kepada masa depan dakwah Islam. Rasulullah Saw bersama para sahabatnya
berhijrah dari Mekah ke Yasrib – yang belakangan kemudian diubah namanya oleh
Nabi Saw menjadi Madinah. Hijrah ini dilakukan pada tahun ke-13 kenabian (622
M).
Hijrah maknawy
pengertianya ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw dalam haditsnya;
“Seorang muslim
adalah seseorang yang menghindari menyakiti muslim lainnya dengan lidah dan
tangannya. Sedangkan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan semua
apa yang dilarang oleh Allah.” (Shahih Al Bukhari, Kitabul Iman, Bab 4 Hadits
No 10)
Secara
maknawiyah hijrah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a.
Hijrah I’tiqadiyah.
Hijrah
I’tiqadiyah Yaitu hijrah keyakinan, Iman mengalami proses naik dan turun, kuat
dan lemah. Terkadang Iman bercampur dengan kemusyrikan dan terkadang Iman berada
dalam kemurnian. Maka hijrah kenyakinan mesti dilakukan bila kenyakinan berada
di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan.
b.
Hijrah Fikriyah
Fikriyah secara
bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring perkembangan
zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, seolah dunia tanpa
batas. Berbagai informasi dan pemikiran dari belahan bumi bisa diperoleh di
dunia maya dengan mudah. Maka hijrah fikriyah mesti dilakukan dalam rangkan
meninggalkan pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
c.
Hijrah Syu’uriyyah
Syu’uriyah atau
cita rasa, kesenangan dan kesukaan. Diri manusia sering terpengaruhi oleh
kesenangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mereka lupa akan
kewajiban-kewajiban yang diperintah oleh Allah dan Rosulnya. Maka Hijrah
Syu’uriyyah mesti dilakukan ketika hati manusia cenderung kepada kesenangan
yang tidak sesuai Islam.
d.
Hijrah Sulukiyyah.
Suluk berarti
tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga akhlaq. Akhlak mengalami
perubahan berdasarkan perubahan nilai yang ada di masyarakat. Perubahan nilai
dapat menggeser akhlaqul karimah ke arah akhlaqul sayyi’ah. Sehingga tidak aneh
jika bermuculan berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Maka hijrah
Sulukiyah mesti dilakukan ketika akhlak yang tercela berkembang dan menyebar di
lingkungan sekitar.
Peristiwa Hijrah
menjadi nama kalender Islam yang ditetapkan pertama oleh Khalifah Umar bin
Khatab Ra., sebagai jawaban atau surat gubernur Abu Musa Al-As’ari. Khalifah
Umar menetapkan Tahun Hijriyah untuk menggantikan penanggalan yang digunakan
bangsa Arab sebelumnya. Khalifah Umar memilih peristiwa Hijrah sebagai kalender
Islam, karena Hijrah Rasulullah aw dan para sahabat dari Mekah ke Madinah
merupakan peristiwa paling monumental dalam perkembangan dakwah.
2.
Faktor Nabi Muhammad
Melakukan Hijrah Ke Madinah
Setelah wafatnya
Abu Thalib dan Siti Khadijah Ancaman dari Kafir Quraisy semakin keras terhadap
Nabi Muhammad Saw. Para Pemimpin Quraisy merupakan penentang yang paling gigih.
Menurut mereka, kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi sosial
politik mereka. KebangSawanan mereka akan hilang dan hancur karena Islam
mengajarkan persamaan derajat manusia. Hal ini juga yang menyebabkan Nabi
Muhammad melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah dianggap sebagai alternatif
perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam.
Ada beberapa
faktor yang mendorong Nabi Muhammad Saw. memilih Yasrib sebagai tempat hijrah
umat Islam. Faktor-faktornya antara lain:
1.
Yasrib adalah tempat yang
paling dekat.
2.
Sebelum diangkat menjadi
nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut.
Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek Nabi, Abdul Muthalib
beristerikan orang Yasrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di sana.
3.
Penduduk Yasrib sudah
dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat- sifatnya yang baik.
4.
Bagi diri Nabi sendiri,
hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah Swt. Menurut syekh
al-Khudari Hijrah adalah sunnah para Nabi sebelumnya, tidak seorang
Nabi pun dari
mereka, melainkan ia tinggalkan negeri kelahiranya. Mulai Nabi Ibrahim, nabi
Musa, nabi Isa dll mereka juga mengalami proses hijrah. Masih menurut
al-Khudhari hikmah besar dari hijrah ini adalah seandainya Islam tersebar di
Mekah, niscaya para pembenci Islam akan mengatakan sesungguhnya orang Quraisy
menginginkan kerajaan Arab sehingga mereka menunjuk salah seorang dari mereka
dan menganjurkan supaya ia mengaku nabi sehingga menjadi perantara unuk
mencapai keinginan mereka.
3.
Reaksi Kafir Quraisy
terhadap Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah
Ketika tokoh dan
masyarakat Kafir Quraisy mendengar keinginan dan Persiapan Nabi Muhammad akan
pergi meninggalkan kota Mekah menuju yasrib, mereka melakukan pertemuan di
Darun Nadwah. Pertemuan tersebut terjadi pada hari kamis 26 shafar tahun ke 14
kenabian bertepatan pada tanggal 12 september 622 M. Dihadiri oleh seluruh suku
Quraisy. Pertemuan bertujuan, antara lain mengatur strategi menghalangi dan
membunuh nabi Muhammad. Hal ini membuat nabi segera memerintahkan umat Islam
untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua umat Islam kurang
lebih 150 orang, telah meninggalkan kota Mekah. Hanya Ali dan Abu Bakar tetap
tinggal di Mekah bersama nabi.
Dari hasil
pertemuan di Darun Nadwah ada beberapa usulan terkait tindakan yang akan mereka
terapkan kepada nabi Muhammad, diantaranya :
1. membiarkan
beliau sampai hijrah ke Madinah dengan sendirinya.
2. memenjarakannya.
3. menghilangkan
nyawanya.
Pada awalnya
mereka memutuskan untuk membiarkan Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah. Tapi
keputusan ini tidak akan dapat memecahkan masalah. Karena kepergian Nabi
Muhammad Saw. dari Mekah boleh jadi akan menyiapkan kubu Yasrib (Madinah) untuk
memerangi mereka. Jika mereka memilih kedua yaitu memenjarakannya, akan memicu
Umat Islam untuk membebaskannya.
Maka mereka
memutuskan untuk menghilangkan nyawa Rasulullah Saw. Dengan setiap suku di
wakili para pemuda kekar, mana kala Nabi Muhammad keluar mereka akan memukul
secara bersamaan yang berarti tanggung jawab penghilangan nyawa ini akan
dipikul oleh
seluruh suku. Sehingga ketika bani abdi manaf ingin menuntut balas maka tidak
bisa menuntut semua. Sampai pada suatu malam, para algojo menyerang rumah
Rasulullah dan hendak membunuh beliau Saw. Pada saat itulah malaikat pembawa
wahyu turun, mengabarkan rencana kafir Quraisy kepada Rasulullah Saw
sebagaimana yang
dinyatakan dalam al-Qur’an,
Pada saat
itulah, Nabi Muhammad mendapat perintah untuk hijrah. Beliau keluar dari rumah secara
diam-diam. Berbagai usaha kafir Quraisy untuk
mencegah Nabi Muhammad Saw hijrah
ke Madinah. Pada akhirnya usaha mereka tidak mendapatkan hasil. Nabi Muhammad
Saw menjalankan hijrah dengan rencana, sejak Persiapan sampai pelaksanaan.
Akhirnya, Nabi Muhammad Saw samapai ke Yasrib dengan selamat.
Setelah Nabi
Muhammad Saw. meninggalkan Mekah, kafir Quraisy tidak menyiksa keluarganya
karena 2 alasan:
1. Ketika kafir
Quraisy mengetahui bahwa nabi Muhammad Saw telah keluar dari Mekah dan rencana
mereka telah gagal, mereka menyeret Ali bin Abi Thalib ke Masjid al- Haram.
Mereka baru membebaskan Ali bin Abi Thalib setelah menghajarnya
2. Tujuan kafir
Quraisy hanya satu, yaitu membunuh Nabi Muhammad Saw. Karena mereka menganggap
bahwa satu-satunya cara memadamkan Islam adalah dengan membunuh nabi Saw.
Karena itu, mereka tidak ada urusan dengan orang lain dan mereka tidak mau
bentrok dengan orang lain selain beliau Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan alasan
kafir Quraisy tidak menyiksa Umat Islam setelah Nabi Saw hijrah adalah:
1. Mayoritas
Umat Islam telah hijrah sebelum Rasulullah Saw. Karena sebab utama rencana
pembunuhan Rasulullah Saw karena hijrah besar-besaran yang dilakukan umat Islam
ke Madinah dan tersebarnya Islam di kota tersebut.
2. Umat Islam
yang berasal dari Mekah (Quraisy) memiliki sanak saudara dan kerabat di Mekah.
Hubungan kekerabatan menjadi penghalang mereka menggangu dan menyakiti umat
Islam. Kafir Quraisy takut terhadap suku dan kabilah seorang Muslim, mereka
menghindar untuk tidak menyakitinya.
4.
Proses Hijrah Nabi Muhammad
Ke Madinah
Ketika kafir
Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi dan orang-orang Yasrib, mereka
semakin keras menyiksa umat Islam. Hal ini membuat Nabi memerintahkan umat
Islam di Mekah berhijrah ke Yasrib. Sehingga Umat Islam semuanya telah hijrah
ke Madinah, kecuali Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya menemani Nabi
Muhammad Saw sampai mendapat perintah dari Allah Swt untuk berhijrah ke
Madinah. Nabi Muhammad telah mempersiapkan hijrah hampir dua bulan dengan
perencanaan yang matang. Beliau menyiapkan rencana dengan melihat situasi dan
kondisi di kota Mekah. Peristiwa hijrah adalah strategi yang luar biasa yang
diperhitungkan dengan matang mengenai waktu, pemilihan orang-orang yang bisa
dipercaya dan profesioanal. Adapun proses hijrah nabi Muhammad dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Ali Menggantikan Nabi
Muhammad di Tempat Tidurnya
Kafir Quraisy
berencana membunuh Muhammad untuk mencegah nabi Saw hijrah ke Madinah. Pada
saat itu umat Islam di Mekah tinggal sedikit. Sebelum turun perintah hijrah
kepada nabi Muhammad, beliau sudah meminta Abu Bakar untuk menemaninya. Setelah
itu, Abu Bakar menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya
kepada Abdullah bin Arqayat sampai nanti tiba waktunya diperlukan. Ketika turun
perintah hijrah dari Allah Swt, Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar meninggalkan
Mekah secara diam-diam untuk hijrah ke Madinah.
Malam itu adalah
malam Persiapan Quraisy untuk melaksanakan keputusan mereka untk membunuh
Rasulullah. Mereka berkumpul disekeliling pintu rumah, sedang Nabi Muhammad
berada di dalamnya ketika tiba waktunya Nabi keluar, Nabi memerintahkan putra
pamannya, Ali bin Abi Thalib untuk berbaring ditempat tidur Nabi Muhammad
dengan memamakai selimut yang sering dipakai Nabi.
Mereka terus
mengintip dari celah-celah pintu untuk mengetahui keberadaanya.
Saat Nabi keluar
melewati para pemuda Quraisy sambil membaca:
Artinya Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat (Yasin;9).
Maka Allah menidurkan mereka sehingga tidak
ada seorangpun yang melihatnya.
b. Gua Tsur
Setelah Nabi
keluar terus berjalan hingga bertemu dengan Abu Bakar as-Siddiq sesuai dengan
dengan yang direncanakanya. Nabi Muhammad dan Abu Bakar melakukan perjalanan
pergi ke Madinah melalui arah selatan dalam rangka mengelabui kafir Quraisy.
Mereka berdua menetap di dalam gua Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Gua
Tsur terletak di Jabal Tsur yang berjarak lima kilometer sebelah selatan Kota
Mekah.
Setelah
orang-orang Quraisy menyadari akan tipu daya mereka dan mereka sadar mereka
hanya menjaga Ali, maka mereka marah dan membawa Ali ke Masjidil haram dan
menyiksanya setelah puas mereka melepaskan Ali. Lalu mereka mengirim orang-
orang untuk mencari Nabi Muhammad di segala penjuru. Mereka menjanjikan hadiah
bagi siapa yang bisa menangkap Nabi Muhammad dengan hadiah seratus unta.
Selama berada di
gua Tsur, Nabi Muhammad telah merencakan secara matang untuk mengamankan proses
hijrahnya, untuk membantu kelancaran proses hijrah Nabi dibantu orang-orang
yang bisa dipercaya, diantaranya:
a.
Abdullah bin Abu Bakar
pemuda yang cerdas mendatangi gua setiap malam dan menyampaikan berita tentang
rencana dan kegiatan kafir Quraisy. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Mekah
sehingga seolah-olah ia selalu berada di Mekah.
b.
Amar bin Fuhairah adalah
mantan budak Abubakar, dia bertugas menghapus jejak-jejak kaki Abdullah dan
Asma dengan menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam gua pada malam hari
sehingga Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar bisa minum susu domba. Amar menggiring
kembali domba- dombanya ke Mekah sebelum fajar setelah Abdullah bin Abu Bakar
kembali ke Mekah, agar jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
c.
Asma binti Abu Bakar adalah
wanita yang bertugas menghantarkan makanan. Selalu menghantarkan makan kepada
Nabi Muhammad dan Abu Bakar saat malam tiba saat itu Asma sedang hamil 5 bulan.
Jadi orang Quraisy tidak curiga karena orang hamil pasti mungkin melakukan
perjalanan jauh.
d.
Abdullah bin Arqayat,
seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh
Abu Bakar datang ke gua Tsur, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
Pada waktu itu Abu Bakar menawarkan satu dari unta itu kepada Nabi Saw. sebagai hadiah. Namun beliau Nabi Muhammad Saw. memaksa membeli unta itu. Abu Bakar pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham. Unta dikenal sebagai unta Nabi Saw. yang dinamai Quswa. Dan saat waktu yang aman karena pencarian berhenti maka mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah dengan dipandu oleh Abdullah bin Arqayat.
Setelah Nabi
Muhammad tidak ada di rumah dan sudah keluar dari Mekah, maka Kafir Quraisy
mengadakan sayembara dengan hadiah seratus ekor unta bagi orang yang dapat
menyerahkan Nabi Muhammad Saw. Ketika suraqah berada di majeleis kaumnya bani
Mudlaj, tiba-tiba datang salah seorang dari mereka dia berkata: tadi aku
melihat bayang-bayang orang di pantai, saya kira itu Muhammad dan rombonganya.
mereka yakin itu adalah Muhammad dan sahabatnya. Suraqah bin Malik bin Ju’syum,
salah seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta.
Tetapi ia ingin memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang
dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad tapi Fulan bin fulan yang sedang
mencari untanya yang hilang. Tetapi diam-diam ia menyuruh pembantunya untuk
menyiapkan kuda dan perlengkapannya. Ketika tidak ada orang yang melihatnya, ia
segera memacu kendaraannya ke pesisir yang ditunjukkan orang tersebut. Suraqah
mengendarai kuda yang cepat, sehingga ia bisa mengejar rombongan hijrah Nabi
Saw. tersebut dan jaraknya semakin dekat. Nabi Saw tetap tenang, sementara Abu
Bakar yang duduk di boncengan unta Nabi Saw. terlihat cemas dan berkali-kali
melihat ke belakang.
Setelah suraqah
sudah semakin dengan Nabi, maka terplesetlah kudanya dan suraqah terjatuh lalu
ia bangkit lagi dan menaiki kudanya lalu perlahan mengejar Nabi setelah dekat
tersungkurlah kuda suraqah yang mengakibatkan jatuhnya suraqah, masih belum
puas suraqah bangkit lagi dan mengejar Nabi setelah dekat tiba-tiba kaki kuda
bagian depan milik suraqah amblas kedalam tanah hingga mencapai batas lutut
kuda tersebut, maka jatuhlah dirinya. Kemudian dia menghentakkan kudanya hingga
bangkit, begitu kuda itu mengeluarkan kakinya dari tanah tiba-tiba keluarlah debu
yang membumbung tinggi dari situ maka sadarlah Suraqah bahwa orang yang
dikejarnya bukanlah orang sembarangan.
Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk menangkap atau membunuh Nabi Muhammad Saw., ia berhasil mendekati rombongan beliau dan memanggilnya. Setelah berhadapan dengan Nabi Saw., ia meminta maaf dan memohon untuk tidak diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang dibawanya. Nabi Muhammad memaafkannya tetapi menolak pemberiannya, hanya saja beliau meminta untuk merahasiakan pertemuannya itu.
Sesaat kemudian Nabi berkata pada Suraqah, "Wahai Suraqah, bagaimana perasaanmu jika engkau memakai dua gelang Kisra?" “Kisra bin Hurmuz?" Suraqah tercengang tak mengerti. Nabi tersenyum memandang ekspresi Suraqah, tetapi beliau tidak menjelaskan lebih lanjut. Kemudian beliau meninggalkannya meneruskan perjalanan hijrah.
Pada masa
kekhalifahan Umar bin Khattab, datang ghanimah dari Persia yang telah
dikalahkan pasukan muslim. Umar teringat akan kisah Nabi Muhammad bersama
Suraqah, ia mencari dua gelang Kisra di antara tumpukan ghanimah. Setelah
ditemukan, Umar memanggil Suraqah dan berkata, "Pakailah dua gelang ini,
naiklah ke mimbar dan angkat tanganmu, lalu katakan: “Maha benar Allah dan
Rasul-Nya."
d.
Masjid Quba'
Nabi Muhammad
Saw. dan Abu Bakar sampai di Quba’, setelah menempuh perjalanan 7 hari sebuah
desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Beliau tinggal di Quba’ selama
beberapa malam. Beliau juga membangun Masjid dan merupakan Masjid pertama dalam
sejarah Islam. Beliau tinggal di Quba’ selama empat hari. Pada Jum’at pagi
beliau berangkat dari Quba’ menuju ke Madinah. Ketika sampai di perkampungan
Bani Salim bin Auf, waktu shalat Jum’at tiba. Nabi Muhammad melaksanakan shalat
jumat disana. Inilah Jum’at dan khutbah yang pertama dalam Islam.
e.
Tiba di Madinah
Setiba nabi
Muhammad Saw. di Madinah, program pertama beliau adalah menentukan tempat di
mana akan dibangun Masjid. Beliau melepaskan untanya dan menetapkan tempat
berhenti untanya sebagai masjid. Ternyata untanya berhenti di tanah milik dua
orang anak yatim. Maka Nabi Saw. minta keduanya untuk menjual tanahnya. Namun
keduanya ingin memberikan tanahnya sebagai hadiah. Tapi Nabi Saw. tetap ingin
membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dan Abu Bakar menyerahkan uang
kepada mereka berdua.
Nabi Muhammad
Saw. tinggal di rumah Abu Ayyub al Anshari sampai selesai pembangunan Masjid
Nabawi dan tempat tinggal beliau. Seluruh sahabat bersama Nabi
Saw. ikut membangun Masjid Nabawi, sebagaimana
mereka melakukan bersama-sama
dalam
pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari
kemudian, istri Nabi Muhammad; Saudah Ra, dua putri beliau Fatimah Ra. dan Ummu
Kulsum, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah dan Ummu Aiman juga menyusul hijrah ke Madinah
dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar. Adapun putri beliau seorang lagi,
Zainab, baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah,
Rasulullah Saw. memanjatkan doa
Artinya: Ya Allah,
berkahilah buah-buahan kami, berkahilah kota kami, berkahilah Sha' kami, &
berkahilah Mud kami. Ya Allah, Nabi Ibrahim adl hamba-Mu & kekasih-Mu.
Sedangkan aku adl hamba & Nabi-Mu. Dia berdo'a kepada-Mu bagi kemakmuran
Mekah, & aku berdo'a kepada-Mu bagi kemakmuran Madinah, seperti Ibrahim
mendo'akan kota Mekah (HR. Muslim :2437)