Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia
Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas
intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah
teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada
masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan
produktif banyak menghasilkan karya ilmiah.
a.
Ulama Hadits (Muhadditsin)
Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah
sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan
pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi
Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber
hukum yang benar.
Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah.
Para ulama hadits tersebut adalah :
1. Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M)
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 H di Bukhara,
Uzbekistan, Asia tengah sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam
kitab ats- Tsiqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah Bukhari dikenal sebagai
seorang yang wara’, seorang ulama bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik,
ulama besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.
Imam Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut ilmu sejak berusia
sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah,
Mekkah Mesir, dan Syam.
Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang
mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun ia
mengunjungi kota suci Makkah dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru
besar Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan Waki’ bin
Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist shahih
dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi disaring
menjadi 7.275 Hadist.
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi Hadist Sahih, Imam Bukahri
menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi berbagai kota untuk menemui para
Rawi Hadist. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir,
Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat.
Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam Bukahri adalah
Ali- bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi,
dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu, banyak ahli Hadist yang
berguru kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim
Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam Muslim.
Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis kitab-kitab
Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari,
al-Adab al- Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh
al- Aushat. At-thrikh al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi
as-Salah, Birrul al- Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya
tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar min
Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.
Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62
tahun. Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
2. Imam Muslim (204-261 H/810-870 M)
Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin
Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/810 M.
Naisabur, saat itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal
dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang
Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.
Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan kurang
lebih 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal juga
saat itu sebagai salah satu kota ilmu, tempat berkumpulnya ulama besar dan
pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.
Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. Kecerdasan dan ketajaman
hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun, sering
datang berguru kepada Imam Ad Dakhili,
seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal Hadist
dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan Hadist.
Kecintaannya kepada ilmu Hadist menjadikannya pngembara ke berbagai tempat dan
untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist.
Imam Muslim banyak menulis kitab-kitab Hadist, diantaranya yang
termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim,
al-Musnad al-Kabir, al-Asmah Wal- kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat Ahmad bin
Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin
Wahid, kitab Auladish-shaba, dan kitab Auham al-Muhaddisin. Selain
itu, yang paling mashur adalah ash-Sahih, yang judul lengkapanya adalah
al-Musnad as- Shahih al- Mukhtashar Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an Rasul
Allah, berisi 3,033 Hadist.
Beliau wafat pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad, salah
satu daerah di luar Nisabur, pada hari
Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun.
3. Imam Abu Daud (202-275 H/817-889 M)
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin
Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di
Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum
cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz,
Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk
belajar Hadist
dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan hasil
penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.
Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist
dan fiqh kepada penduduk dengan menggunakan kitab Sunan sebagai pegangannya.
Kitab Sunan karyanya itu dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur
dalam empat Imam Madzhab. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan
gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi pusat bagi para
ilmuwan dan peminat Hadist.
Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak jumlahnya,
diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin
Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi dan lain-lain.
Sebahagian dari gurunya ada yang menjadi
guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi
Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau
mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At- Tirmidzi, Abu Abdur Rahman
An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id
al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin
Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.
Abu Dawud adalah salah seorang ulama besar yang prilakunya wara’,
saleh dan bijksana. Sifat-sifat mulianya diungkapkan oleh sebahagian ulama
dengan menyatakan:
“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan
jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat
ini menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai
Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan
ia menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW
dalam sifat-sifat tersebut.”
Imam Abu Dawud menulis banyak
kitab Hadist, antara
lain:
Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al- Qadar,
An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il
al-A’mal, Kitab Az-Zuhd.
Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang
banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu
Dawud. Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M.
Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab
Asma Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal adalah Kitab
As-Sunan. Dalam bab Hadist Hasan disebutkan bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah
induk Hadist Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang
dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan
An-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya, keempat dalam hal yang ia
terangkan dalam katanya sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah
Hadist yang telah diamalkan oleh sebagian ulama’’.
Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan oleh
Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku
lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’. Kitab At-Tirmidzi
menurutnya bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau
ahli yang lainnya.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat,
berdiskusi, bertukar pikiran dan mengarang pada ahir hidupnya dia menderita
penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam
At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab
tahun 279 H/8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun.
5. Imam An-Nasa’i (215-303 H/839-915)
Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar
Ibnu Sinan an-Nasai, lahir pada tahun 215 H. Dikenal dengan nama Nasa’i
dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i
menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh
Hadist di Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan
An- Nasa’i mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist Sahih
Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah Qutaibah bin Sa’id,
Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram,
Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama yang pernah
berguru kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam), Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin
Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr
Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.
Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan al-Kubra
yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz,
Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan Manasik al-Hajji
.
Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M dan dimakamkan di Bait Al-
Maqdis, Palestina.
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i
Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan
akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah
dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula
Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang
ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At-
Tanafasi.
Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang
membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari,
mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain
Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. Ia
menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya
diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr,
Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi
dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin
Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya.
Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat
inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis
dari sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya. Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu
Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih,
maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim.
Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi Hadist sejak
awal hingga ke masanya. Adapun karyanya yang paling monumental dan populer di
kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist berjudul
Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam
Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadist dalam kitab Sunan
Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.
Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu
Hadis, banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la
Al-Khalili Al- Qazwini mengatakan, “Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya,
yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya.
Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga Ibnu
Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah:
“Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur.
Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya,
serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta furu’.” Ibnu
Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah kelahirannya,
Qazwin, Irak.
Bingkai Khazanah :
- Kutubussittah Adalah enam
kitab hadits yang menghimpun hadits- hadits Nabi Saw, merupakan hasil karya
ilmiah enam ulama hadits.
- Sanad Adalah
sesuatu/seseorang yang disandarkan kepadanya suatu hadits.
- Rawi Adalah orang yang
terakhir miriwayatkan hadits
- Matan Adalah sifat dan
bentuk redaksi hadits.
- Untuk menentukan keabsahan
dan keauntentikan suatu hadits para ulama meneliti dan mengkaji dengan sungguh-
sungguh hadits dari segi sanad, rawi, matan (sifat dan bentuk) hadits.
No comments:
Post a Comment